Monday, December 31, 2007

Senengnya Nonton Persib

0


Minggu, 30 Desember 2007. Akhirnya kesampaian juga nonton Persib. Bareng ma mbak Tini datenglah ria ke stadion siliwangi buat nonton Persib. Dah lama banget ga nonton bola yang live gini. Asyik n seru juga... Yah pertandingan terakhir Liga Indonesia, yang gak terlalu penting karena gak nentuin apa-apa. But cukup menghibur dan jadi kado tahun baru buat para bobotoh.

Bareng ama bobotoh laennya ikut dukung Persib. Hasilnya, 3-0 buat Persib. Sempet kecewa juga sih dengan aksi bobotoh yang agak-agak rusuh. Bayangin aja, pas gol kedua persib, penonton masuk ke lapangan. Hasilnya pihak PSDS minta pertandingan dihentikan. Gak hanya itu aja, penonton pada nonton di pinggir lapangan (bener-bener di pinggir lapangan!!!).

Main Di Kandang Sendiri, Persib Menang Telak 3-0

0


Bermain di kandang sendiri, Minggu, 30 Desember 2007, Persib menang telak atas PSDS Deli Serdang, 3-0. Pertandingan penutup Liga Indonesia tersebut, memang bukanlah pertandingan yang menentukan karena tidak mempengaruhi posisi di klasemen. Kemenangan Persib ini cukup menghibur ‘bobotoh’ Persib karena tim maung Bandung ini gagal masuk ke babak 8 besar. 3 gol Persib dilesakkan oleh Lorenzo Cabanaz melalui titik penalti di menit ke-20, Redouane Barkaoui di menit ke-32 dan Zaenal Arif di menit ke-76.

Persib yang bermain dengan pemain yang sama ketika melawan Persiraja, kecuali Gilang Angga yang tidak diturunkan karena cidera, relatif menguasai pertandingan. Gol pertama Persib tercipta 20 menit kemudian melalui titik penalti. Cabanas yang mengeksekusi tendangan penalti, setelah sebelumnya dijegal Dedi Gusmawan, sukses menggetarkan gawang Fredy Herlambang. Barkaoui menambah keunggulan Persib, setelah berhasil memanfaatkan umpan silang Sony Kurniawan.

Secara beruntun, tendangan bebas Ansyari nyaris menggetarkan gawang Persib, namun berhasil oleh Tema Mursadat. Persib tetap unggul hingga turun minum. Persib akhirnya mampu menambah keunggulan menjadi 3-0 setelah sejumlah peluang gagal berbuah gol. Gol terakhir Persib dicetak melalui tandukan kepala Zaenal Arief yang memanfaatkan umpan Cabanas.

Pertandingan yang berlangsung di Stadion Siliwangi Bandung tersebut dipadati oleh para bobotoh. Stadion Siliwangi yang hanya berkapasitas 23.000 orang dipadati oleh kurang lebih 28.000 bobotoh. Para bobotoh ini bahkan menonton dari pinggir lapangan. Akibat ulah bobotoh yang masuk ke lapangan, ketika merayakan gol Barkaoui, pihak PSDS sempat menarik pemainnya dan akan menghentikan pertandingan karena menilai situasi kurang kondusif. Pertandingan pun sempat terhenti hingga 8 menit. Namun kemudian, PSDS bersedia untuk melanjutkan pertandingan dengan catatan, penonton tidak akan masuk ke lapangan. Jika kemudian ada penonton yang masuk ke lapangan, pihak PSDS tidak akan melanjutkan pertandingan. Pertandingan pun kembali berlangsung, dan bobotoh masih bisa tertib.

Para bobotoh yang memadati stadion Siliwangi merayakan kemenangan tim kesayangannya tersebut dengan teriakan yel-yel dan pesta kembang api. Begitu peluit tanda berakhir pertandingan ditiupkan, bobotoh ini segera memasuki lapangan pertandingan dan menyerbu para pemain.

Kemenangan Persib ini merupakan kado tahun baru bagi pendukungnya. Apalagi dalam pertandingan putaran pertama Persib kalah dari PSDS dan selama putaran kedua, Persib belum pernah meraih kemenangan di kandangnya sendiri.

Saturday, December 22, 2007

Hari Perempuan Indonesia

0

22 Desember diIndonesia diperingati sebagai hari ibu. Sementara itu, di negara lain yaitu Amerika Serikat dandan 75 negara lain (Kanada, Australia, Jerman, Jepang, Italia), hari ibu atu mother's day diperingati pada hari minggu minggu kedua bulan Mei. Sementara itu, di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, diperingati setiap bulan Maret.
Sejarah Hari Ibu
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan di tahun 1928. Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, yang diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.

Pada tanggal 22 Desember 1928 organisasi-organisasi perempuan mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta dan membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani), kongres berikutnya diadakan di Jakarta dan Bandung. Kongres pertama tersebut dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Tujuan kongres ini untuk mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan perempuan Indonesia dan menggabungkan organisasi-organisasi perempuan Indonesia dalam suatu badan federasi yang demokratis tanpa memandang latar belakang agama, politik, dan kedudukan sosial dalam masyarakat.


Peristiwa tersebut dianggap sebagai salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia.Kongres ini adalah salah satu puncak kesadaran berorganisasi kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya gerakan feminis telah ada di Indonesia pada waktu itu.

Hari Perempuan Indonesia
Apabila ditilik dari sejarahnya, menurut saya perjuangan yang dilakukan oleh perempuan pada saat itu lebih berfokus pada perempuan pada umumnya. Tidak secara spesifik tentang persoalan ibu. Ini penting karena apa yang diperjuangkan pada waktu itu adalah tentang "hak-hak perempuan".

Perayaan hari ibu ini justru membuat pemahaman masyarakat lebih kepada penghargaan terhadap ibu, atas perannya yang telah melahirkan, membesarkan, mendampingi suami, dan lainnya. Oleh karenanya peringatan hari ibu ini menjadi terjebak pada pemberian kado untuk ibu. Sebagai bentuk penghormatan,kaum perempuan dibebaskan dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.

padahal apabila kita melihat sejarah munculnya hari ibu di Indonesia ini berbeda dengan hari ibu di negara-negara lain. Kelompok perempuan di Indonesia pada waktu itu sudah cukup progresif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Perayaan hari ibu, menurut saya akan mengaburkan nilai-nilai perjuangan aktivis perempuan pada saat itu.

Jadi, selamat hari perempuan!!!

Sunday, December 16, 2007

Beberapa hal makan yang baik

0


Tubuh langsing nampaknya saat ini menjadi idaman setiap perempuan. Ya, cantik saat ini memang dicitrakan dengan tubuh langsing (salah satunya). Namun menurut saya, yang paling penting adalah bagaimana makan yang baik. Karena keinginan untuk memiliki tubuh langsing seringkali membawa dampak yang tidak baik (baca deh Mitos Kecantikannya Naomi Wolf, meskipun katanya datanya ada yang salah).

Berkaitan dengan hal tersebut, tentu saja dihadapkan dengan gempuran industri makanan, terutama makanan fast food. Coba saja hitung berapa jumlah iklan makanan fast food atau produk siap saji lainnya di televisi dalam satu hari.

Beberapa hal yang ada di sini merupakan kutipan dari sebuah situs, tentang bagaimana makan yang baik.
Kurangi makan makanan yang mengandung karbohidrat
Ini mungkin cukup sulit. Termasuk di dalamnya adalah roti, pasta, gula, sereal, jus buah dan muffin.

Minum air yang bersih

hindari gula dalam segala bentuknya

Wednesday, November 28, 2007

Buy Nothing Day

0

Hari Tanpa Membeli atau Buy Nothing Day dicetuskan leh seorang seniman yang berasal dari Vancouver, Ted Dave. Ide ini kemudian dipromosikan oleh majalah Adbusters Kanada pada tahun 1993. Orang-orang yang merayakan hari tersebut tidak akan melakukan transaksi jual-beli selama 24 jam, kemudian biasanya partisipan melakukan aksi kampanye yang menyerukan bahaya konsumerisme kepada publik, dan mengajak mereka untuk berpartisipasi. Hari Tanpa Belanja saat ini telah dirayakan secara internasional di lebih dari 30 negara.

Intinya hari tanpa belanja merupakan ide sederhana yang mengajak bersikap kritis pada budaya konsumen dengan jalan tidak berbelanja selama sehari. Ini tentu saja merupakan bentuk perlawanan terhadap budaya konsumerisme. Sebagai konsumen, sudah selayaknya, kita mempertanyakan tentang produk-produk yang kita beli serta perusahaan yang membuatnya (baca deh You is what you buy).

Perayaan hari tanpa belanja ini berbeda-beda. Di Amerika Serikat dan Kanada, Hari Tanpa Belanja biasanya dirayakan sehari setelah hari perayaan Thanksgiving. Namun di Indonesia, Hari Tanpa Belanja biasa dirayakan pada hari Sabtu pada minggu terakhir bulan November. Begitu juga ditempat lainnya, hari dipilih berdasarkan hari yang paling memungkinkan pada saat itu orang-orang menghabiskan waktu untuk berbelanja.

Serbuan tekhnologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan tingginya budaya konsumerisme. Jika kita melihat tayangan televisi, sebagian besar tayangannnya adalah iklan yang mengajak pemirsanya untuk berbelanja. Sebenarnya, bukan hanya belanja yang berbahaya, tetapi juga produk yang kita beli. Negara-negara kaya di Barat (hanya 20% dari populasi dunia) mengkonsumsi lebih dari 80% sumber alam dunia, dan menyebabkan ketakseimbangan dan kerusakan lingkungan, serta kesenjangan distribusi kesejahteraan. Kita patut cemas pada cara barang-barang kita dibuat. Juga banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang menggunakan tenaga kerja di negara-negara berkembang karena murah dan tidak ada sistem perlindungan pekerja.

Hari tanpa belanja mungkin tidak akan mengubah gaya hidup seseorang dalam waktu 1 hari (lagipula peringatan ini juga kurang populer). Namun dengan melakukannya, adalah sebuah pengalaman dalam melakukan perubahan. Perubahan untuk berpikir kritis terhadap belanja dan apa yang kita beli. Jadi 24 jam tanpa berbelanja mungkin akan menjadi pengalaman untuk memulai sebuah perubahan dan berpikir kritis. Apa yang kita beli mungkin saja berpengaruh/ berdampak terhadap lingkungan atau orang lain.

Monday, November 26, 2007

Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

0


Di era globalisasi, pasar modal atau bursa merupakan pendanaan yang cukup penting. Pasar modal dapat diibaratkan dengan mall atau pusat perbelanjaan, hanya saja yang membedakannya adalah barang-barang yang diperjualbelikan. Jika pusat perbelanjaan umum menyediakan berbagai macam barang kebutuhan hidup, maka pasar modal hanya menjajakan produk-produk pasar modal, seperti obligasi dan efek. Jadi pasar modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan efek. Pasar ini berfungsi untuk menghubungkan investor, perusahaan dan institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang.

Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi para investor. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi di beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek baru yang ditawarkan atau yang diperdagangkan di pasar modal. Sementara itu, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang. Adanya pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik, karena tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu. Penyebaran kepemilikan yang luas akan mendorong perkembangan perusahaan yang transparan. Ini tentu saja akan mendorong menuju terciptanya good corporate governance.

Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Kegiatan jual beli saham dan obligasi sebenarnya telah dimulai pada abad XIX. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa di Batavia. Bursa ini merupakan bursa tertua keempat di Asia, setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo. Bursa yang dinamakan Vereniging voor de Effectenhandel, memperjualbelikan saham dan obligasi perusahaan/ perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya (Rusdin, Pasar Modal, Bandung; Alfabeta, 2006, hal 4).

Minat masyarakat terhadap pasar modal mendorong didirikannya bursa di kota Surabaya (11 Juni 1925) dan Semarang (1 Agustus 1925). Perkembangan pasar modal pada saat itu, terlihat dari nilai efek yang mencapai NIF 1,4 milyar, pun demikian perkembangan pasar modal ini mengalami penyurutan akibat Perang Dunia II. Akibatnya, pemerintah Hindia Belanda mengambil kebijakan untuk memusatkan perdagangan efeknya di Batavia dan menutup bursa efek di Semarang dan Surabaya. Pada tanggal 17 Mei 1940, secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup.

Di masa kemerdekaan, pada tahun 1950, pemerintah mengeluarkan obligasi Republik Indonesia, yang menandakan mulai aktifnya Pasar Modal Indonesia. Pada tanggal 31 Juni 1952, Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali. Penyelenggaraan tersebut kemudian diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efeknya (PPUE). Namun pada tahun 1958, terjadi kelesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa, akibat konfrontasi pemerintah dengan Belanda. Pemerintah di masa Orde Baru, berusaha untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang Rupiah. Pemerintah melakukan persiapan khusus untuk membentuk pasar modal. Pada tahun 1976, pemerintah membentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah untuk membentuk Pasar Uang dan Pasar Modal. Pada tanggal 10 Agustus 1977, berdasarkan Keppres RI No 52/ 1976, pasar modal diaktifkan kembali. Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 – 1987, mengalami kelesuan. Pada tahun 1987-1988, pemerintah menerbitkan paket-paket deregulasi. Paket deregulasi ini adalah: Paket Desember 1987 (Pakdes 87), Paket Desember 1988 (Pakto 88), dan Paket Desember 1988 (Pakdes 88). Penerbitan paket deregulasi ini menandai liberalisasi ekonomi Indonesia. Dampak dari adanya ketiga kebijakan tersebut, pasar modal Indonesia menjadi aktif hingga sekarang.

Struktur dan Hukum Pasar Modal
Struktur pasar modal di Indonesia tertinggi berada pada Menteri Keuangan yang menunjuk Bapepam sebagai lembaga pemerintah yang melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan pasar modal. Sementara itu, bursa efek bertindak sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak lain dengan tujuan untuk memperdagangkan efek di antara mereka.

Marak dan rumitnya kegiatan pasar modal, menuntut adanya perangkat hukum sehingga pasar lebih teratur, adil, dan sebagainya. Jadi hukum pasar modal mengatur segala segi yang berkenaan dengan pasar modal. Di Indonesia, terdapat UU Pasar Modal, yaitu UU No. 8/ 1995 yang mengatur tentang pasar modal. Menurut UU ini, Bapapem diberi kewenangan sebagai pengawas dan memiliki otoritas penyelidakan serta penyidikan.

Pasar Modal Indonesia Dewasa Ini
Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian nasional, memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. Dukungan sector swasta menjadi kekuatan nasional sebagai dinamisator aktivitas perekonomian nasional. Pun demikian, di Indonesia, ternyata pasar modal masih didominasi oleh pemodal asing. Idealnya, dalam pasar modal perlu ada keseimbangan antara pemodal asing dengan pemodal lokal.

Pasar modal Indonesia masih dianalogikan dengan arena judi, bukan sebagai sarana investasi. Akibatnya, hal ini menyebabkan peningkatan fluktuasi dan merugikan investor minoritas.

Indonesia memiliki 2 bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), yang masing-masing dijalankan oleh perseroan terbatas. Pada September 2007, Bursa Efek Jakarta dan Surabaya digabungkan (merger) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui merger ini diharapkan dapat makin memberikan peluang bagi perusahaan ke pasar modal.

Melalui penggabungan ini, biaya pencatatan menjadi lebih murah, karena hanya mencatatkan saham secara single listing, sudah terakreditasi pada BEI. Sementara itu, bagi anggota bursa, dengan menjadi anggota bursa atau pemegang saham BEI, akan langsung menembus pasar. Bagi investor penggabungan ini menjadikan makin banyaknya pilihan investasi, karena tidak ada lagi pembedaan pasar BES dan BEJ, karena produk investasi ditawarkan dalam satu atap, BEI.

Tuesday, November 20, 2007

tentang perempuan

0

Kemarin, saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan beberapa perempuan dari beberapa daerah, yah masih di jawa barat ajalah...

Keadaan perempuan, masih saja terpinggirkan (apalagi ketika melihat budaya patriarki yang masih mengakar di negeri ini). Salah seorang teman menceritakan tentang pernikahan usia muda yang dia alami. Anak memang dianggap hak milik orang tua, sehingga apa yang terjadi dalam hidupnya ditentukan oleh orang tua, demikian pula dengan pernikahan. Jawa Barat memang terkenal sebagai daerah dengan tingkatr pernikahan usia muda yang cukup tinggi. Hal ini juga membuat tingkat perceraian cukup tinggi pula.

Nggak hanya itu saja, perempuan memiliki akses pendidikan yang lebih rendah bagi laki-laki. Perempuan yang berpendidikan tinggi memang banyak, namun perempuan yang berpendidikan rendah juga tak kalah banyak. Anggapan di masyarakat bahwa perempuan tidak usah berpendidikan tinggi masih ada, karena ujung-ujungnya perempuan bekerja di rumah tangga.

Terbatasnya pilihan pekerjaan dan dorngan ekonoi, membuat banyak perempuan kemudian bekerja di luar negeri. Hal ini tentu saja membuat mereka rentan untuk diperdagangkan. Pilihan bekerja di luar negeri tidak jarang menghadapkan perempuan dalam situasi sulit, seperti penyiksaan dari majikan (fisik, seksual dan ekonomi).

Keadaan perempuan memang belum seperti yang diharapkan. Tapi itu adalah tantangan untuk memperjuangkannya...

Sunday, October 28, 2007

lagi, tentang buruh migran

0

Persoalan buruh migran masih saja menjadi hal yang biasa ditemui. Pun begitu, nyatanya upaya perlindungan terhadap buruh migran ini masih kurang. Beberapa teman yang aktif berusaha menyelesaikan permasalah ini mengeluhkan kurang kooperatifnya pemerintah. Ini tentu saja hal yang ironis, mengingat buruh migran adalah penyumbang terbesar devisa negara.

Sebut saja M, yang mengadu nasib ke salah satu negara timur tengah. M yang bekerja di sana untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, mengalami nasib yang malang. bagaimana tidak, M diperkosa oleh anak laki-laki majikannya, hingga akhirnya M hamil. Tidak hanya itu saja, gaji M selama bekerja di sana juga belum dibayarkan.

Lain lagi dengan J, yang saat ini harus berada di penjara karena dituduh menyantet majikannya. Tidak hanya itu saja, nama J pun dipalsu dengan nama orang lain. J saat ini telah 2 tahun di penjara tanpa ada upaya signifikan untuk membebaskannya. Saat saya menemui keluarganya, ternyata telah banyak media yang meliput cerita J. bahkan orang nomor 2 di kota tersebut telah datang ke sana. Namun J masih belum bebas juga.

Jika J dipenjara karena dituduh menyantet majikan, T dipenjara karena ketahuan memiliki HP. Kini T telah 8 bulan dipenjara.

....

itu tentu saja hanya beberapa dari cerita sedih perjalanan buruh migran.

Saturday, September 22, 2007

ketika hajatan menjadi bisnis

0

Bulan Juni - Agustus lalu barangkali adalah masa-masa hajatan. Apalagi di kampung-kampung, hajatan menjadi acara yang tidak bisa diganggu gugat. Beberapa pertemuan bahkan dibatalkan karena sibuk hajatan.

lain ladang lain belalang
lain lubuk lain ikannya

demikian pepatah bilang. Dan memang benar adanya. begitu juga untuk hal bernama hajatan...

saat saya berkunjung di sebuah daerah di kuningan (Jawa Barat), saya baru tahu tentang kebiasaan acara hajatan di sana. Di sana tamu yang datang memberikan amplop sumbangan kepada yang punya hajat. Amplop tersebut langsung dibuka oleh si empunya (di depan orang yang memberikan). Di belakang sudah ada "petugas" pencatat. Pencatat ini kemudian memberi tahu kepada bagian pemberi oleh-oleh. Maka tamu tadi akan menerima oleh-oleh sesuai dengan sumbangan yang ia berikan. Dan ini sudah ada standarnya. MIsalnya, jika menyumbang Rp 10.000,00 akan membawa 2 buah bungkus mie instan. Tapi penyumbang ini bisa jadi tidak membawa oleh-oleh, karena jika dia makan di tempat hajatan, maka oleh-oleh tidak diberikan.
"kalo nyumbangnya dikit, mendingan juga makan. Rugi kalo enggak"
"kalo sayang sama anak, ya enggak makan. Entar bisa bawa pulang mie"
"biasanya di jalan udah kompakan, mau makan ato enggak"
....

namun hal tersebut hanya berlaku bagi perempuan. Untuk tamu laki-laki, disediakan kotak untuk menaruh amplop sumbangan. Tamu laki-laki biasanya makan di tempat hajatan dan tidak mendapatkan oleh-oleh.

Hal yang sama terjadi pula di Subang.. Di sana ada semacam sistem menabung. Saat musim panen, orang memberi beras 1 ton kepada orang yang punya hajat. Jadi kelak, jika si pemberi ini mempunyai hajat, akan mendapatkan beras 1 ton dari orang yang dulu diberinya.

Lucunya, di sana orang yang menikah bisa untung hingga 30 juta. Bahkan orang yang tidak punya anak pun mau menjadi sponsor/ penanggung acara hajatan orang lain...

ini tentu saja berbeda dengan hajatan di tempat saya, di mana semua orang selalu harus makan di tempat hajatan (baik laki-laki dan perempuan). Uang sumbangan ditaruh di kotak sumbangan, dan tidak dibuka di depan si penyumbang. Balas membalas antara tuan reumah dan penyumbang terjadi jika penyumbang mempunyai hajat. Biasanya uang sumbangannya sama dengan yang dulu di berikan. Hantaran atau oleh-oleh diberikan kepada tamu yang dirasa cukup dekat dengan keluarga mempelai.

komersialisasi ternyata sudah sedemikian menggurita, bahkan ke desa yang dulu digambarkan sebagai masyarakat yang bersifat paguyuban... Lepas dari itu saya jadi berpikir, betapa industri mie instan diuntungkan dari acara hajatan tersebut...

Bandung, 30 Agustus 2007