Showing posts with label resensi. Show all posts
Showing posts with label resensi. Show all posts

Thursday, July 12, 2012

sylvia

0


Dying is an art, like everything else. I do it exceptionally well. I do it so it feels like hell. I do it so it feels real. I guess you could say I've a call.
Sylvia Platt

Beberapa waktu lalu saya menonton film berjudul "Sylvia", film ini merupakan autobiografi dari Sylvia Platt. Sylvia adalah penyair perempuan, seorang Amerika. Dia akhirnya menikah dengan seorang penyair juga, Ted Hudges. Hubungan mereka diliputi dengan cinta, mereka memiliki dua orang anak, tapi ini bukan akhir dari hubungan mereka. Masa lalu Sylvia, yang membuatnya mentally unstable membuat hubungan mereka menjadi sulit dan hal ini diperburuk dengan affair yang dilakukan Ted. Akhirnya mereka berpisah, ketika Sylvia mengetahui hubungan Ted dengan Assia, seorang penyair. Perpisahannya dengan Ted membuat Sylvia merasa tertekan, meski kemudian dia bisa menuliskan puisi-puisi yang briliant tentang kesedihan dan "blackness." Sejatinya, cinta Sylvia pada Ted tidak berubah dan perpisahan mereka membuatnya menjadi lemah. Sylvia akhirnya memutuskan untuk meminta Ted kembali padanya. Meski keduanya masih saling mencintai, namun Ted tidak bisa kembali menjalin hubungan dengan Sylvia karena Assia sedang hamil. Hal ini benar-benar membuat Sylvia terpukul dan ia memutuskan untuk bunuh diri.

--

film ini sangat berkesan bagi saya dan saya melihat diri saya pada Sylvia. Saya pernah berkata pada seseorang, ketika dia mengatakan hal yang sama pada saya, "Saya akan memastikan, dia tidak akan memiliki cerita yang sama dengan Sylvia." Saya berjanji itu padanya, but none promise me that I wouldn't have different story since i think i'll do the same as her one day... I'll make my theatrical

Tuesday, January 17, 2012

Resensi: The Girl Who Leapt Through Time

0

Title : The Girl Who Leapt Through Time (Toki o Kakeru Shōjo) 
Year : 2006 

Seandainya saja kita bisa mengulang waktu... 
Kata-kata itu acapkali kita dengar, dan bagaimana jika bisa? Akankah menjadi hal yang berbeda? Benarkah itu yang kita inginkan? 

Makoto, seorang remaja Jepang yang tinggal di Tokyo secara tak sengaja memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan waktu, semenjak dia selamat dari tabrakan dengan kereta api akibat rem sepedanya oblong. Makoto menggunakan kemampuannya untuk berbagai hal, dari memperbaiki nilai ujian, makan puding yang sebelumnya dimakan adiknya, karaoke hingga 10 jam, memakan makanan kesukaannya, membantu seseorang mengungkapkan perasaannya, menghindari 'kecelakaan' di kelas, bahkan mencegah kematian seseorang. Melihat film ini, kadang Makoto menggunakan kemampuannya itu untuk hal yang tidak seperlunya. Dan siapa sangka kemampuan itu ternyata memiliki batasannya. Memiliki kemampuan tersebut rasanya cool dan mungkin kita berpikir bisa melakukan hal yang lebih baik jika bisa mengulang waktu. Kita bisa dengan mudah kembali ke waktu dengan moment yang kita suka atau memperbaiki sesuatu.
"Kamu bisa melakukan perjalanan waktu, tapi pernahkah berpikir mungkin ada seseorang yang menderita karena hal itu?"
demikian kira-kira kata bibi Makoto yang dipanggilnya aunty witch. Benar saja, ketika Makoto menyadari perasaannya pada Chiaki, dia menyesal telah melakukan pengulangan waktu berkali-kali untuk menghindari Chiaki menyatakan perasaannya. Terlebih ketika mengetahui Chiaki akan menghilang. 

Bagaimana kelanjutan kisah Makoto dan Chiaki? Atau bagaimana Makoto memanfaatkan kemampuannya itu? Bisa diikuti dengan menonton filmnya langsung. Menurut saya film ini cukup bagus dan mengandung pesan moral yang tentu saja sangat subjektif tergantung masing-masing dari kita. Finally, film ini cukup worthed untuk ditonton.

Saturday, October 31, 2009

Thursday, September 24, 2009

laskar pelangi

0

Film that I like most and make me want to watch it more and more is Laskar Pelangi. This film is based on a best seller novel by Andrea Hirata, with same title. I think it is one of Indonesia good movie that I ever watched. The setting of this film is in Belitong, a small island in Sumatera on 1970s. This film successfully transfers the beautifulness of Belitong and tempted me to go there.

This film talks about 10 kids from poor family in reaching their dreams, their spirit to get education, which is not easy for them (like when Lintang should have uneasy way to come to the school, or when they are waiting for someone to completing 10 students so the school is not be closed).



Those kids have special character that makes the story so interesting, e.g. Lintang - the genius one, Ikal with his teenage love, and Mahar that be mad to Tuk Tarantula, a shaman. This film also describes the struggle of their teacher, Mrs. Muslimah and Mr. Harfan that very dedicative to educate their students.
The innocent of the child and also the bitter of live make this film so touchy. So far this film could make me laugh, cry and swept away on the story.

This film gives me spirit to do something for the better world, and give motivation when I am down. The lesson learnt that I got is a dream is something that we have to struggle, limitation is not obstacle. Likes what Tuk Tarantula said to Laskar Pelangi, “kalo nak pintar, belajar! Kalo nak berhasil, usaha!” (If you want be smart, you should study. If you want be success, you should try).

Thursday, July 30, 2009

Good Will Hunting

0

Director : Gus Van Sant
Writer : Ben Afflect, Matt Damon
Genre : Drama

will hunting, 21 years old man, is an orphaned young genius, assigned by his parole officer to a janitorial job at MIT. will is a troubled individual and when he was a child, he was the frequent victim of abuse. but he's a mathematical genius with a photographic memory and the ability to conceive simple solutions to complex problem.

then, he solving a difficult theorem on a hallway blackboard.


Sunday, May 10, 2009

laki-laki dan biolanya

0

Judul : Chicken with Plums (Ayam dengan Plum) 
Jenis : graphic novel 
Pengarang : Marjane Satrapi 
Penerbit : Gramedia 
Jumlah hal: 84 hal 

Buku ini punya arti banyak buat saya.. Bukunya saya beli di Gramedia Botani Square Bogor. Begitu lihat buku Marjane Satrapi, langsung saja dibeli. Untung ada uang tahun baru, jadi bisa dipake buat beli buku... 

Sedih y.. seperti cerita Nasser Ali, paman Satrapi yang diceritakan di buku ini. Mengambil setting di Iran tahun 1958. Nasser Ali menikahi Nahid, meskipun ia tidak mencintainya karena sebenarnya Nasser Ali mencintai Irene namun tak direstui ayah Irene sebab profesinya sebagai seniman. Nasser Ali memiliki 4 orang anak (excuse me..? katanya nggak cinta tapi sampe punya anak 4..).

Saturday, April 11, 2009

tentang keperawanan perempuan

0


Judul Buku : Embroideries
Pengarang : Marjane Satrapi
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Maret 2006
Jumlah Halaman : 136 halaman

Apa yang terjadi jika perempuan berkumpul bersama dan membicarakan persoalan perempuan? Ya, buku ini menceritakan tentang acara kumpul bersama perempuan Iran dalam acara minum the. Dalam obrolan tersebut, mereka membicarakan tentang seks, cinta dan laki-laki.

Para perempuan ini saling berbagi tentang keperawanan, kawin paksa, menjadi isteri simpanan dan operasi plastik.
“dan kenapa justru kaum perempuan yang mesti perawan?.... sebab laki-laki yang menuntut keperawanan dari perempuan adalah orang brengsek,” (hal )


Saturday, January 10, 2009

Resensi Film: turtle can fly

1

wah..hari ini saya menonton film ini kembali. Jadi ingat, saat terakhir menontonnya. kapan coba? 2 tahun lalu di cikole lembang bareng sama anak-anak. emp..gimana ya kabarnya kawan-kawan kecilku itu? 

Film ini asli bagus banget yang menceritakan perang dalam perspektif anak-anak, yang berlatarbelakang perang Irak-Amerika Serikat. Anak-anak ini kehilangan orang tuanya yang dibunuh massal saat perang. Anak-anak ini sebagian besar cacat karena ledakan bom, entah itu kehilangan kaki, tangan atau buta. Anak-anak ini dipimpin oleh seorang anak laki-laki yang dipanggil "Satelit" karena mampu mengakses parabola di desa yang saat itu menjadi tempat pengungsian. Satelit mengerahkan anak-anak tersebut untuk bekerja mencari ranjau yang kemudian dipertukarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Di antara anak-anak tersebut, terdapat 3 orang anak. Anak laki-laki yang tidak memiliki tangan dan memiliki kemampuan meramal, anak perempuan berumur 13 tahun bernama Agrin dan seorang balita berumur 3 tahun yang matanya buta. Dan cinta kemudian datang pada Satelit kepada anak perempuan tersebut. Ini membuat Satelit mengusahakan tali kepada gadis tersebut, padahal tali termasuk barang yang cukup sulit didapatkan, membawakan air untuk gadis tersebut, mencarikan ikan mas serta mengusahakan masker oksigen. perang telah membawa anak pada situasi yang sangat rentan. Bagaimana Agrin yang kemudian mempunyai anak karena diperkosa oleh tentara Amerika. Karena peristiwa tersebut Agrin menjadi membenci anaknya dan berusaha untuk membunuhnya. Agrin kemudian menenggelamkan anaknya ke danau yang airnya sudah tercemar oleh bahan kimia dan kemudian menjatuhkan dirinya ke jurang.

Friday, April 11, 2008

sebuah kisah tentang pencarian diri

0

Judul Buku : Ahaaa! : The Wonder Spot 
Pengarang : Melissa Bank 
Penerbit : Gagas Media 
Tahun Terbit : 2007 
Jumlah Halaman : viii + 478 halaman 

Buku ini menceritakan tentang Sophie – seorang gadis Yahudi—dalam perjalanan hidupnya. Tentu saja dalam perspektif seorang gadis dalam masa perkembangannya. Tentang bagaimana Shopie kecil yang tidak ingin merayakan bat mitzvah-nya (perayaan ketika seorang anak perempuan telah beranjak remaja), ini tentu saja bertentangan dengan keluarganya yang menjadi pengikut Yahudi yang taat. Keinginan Sophie itu, langsung mendapat kecaman dari keluarganya. 

Kisah terus berlanjut, tentang Sophie yang sulit mencari kerja selepas kuliah. Sebuah fenomena yang banyak terjadi dalam dunia nyata… sophie kemudian bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan mengetiknya dan akhirnya berhasil menjadi asisten editor di sebuah penerbitan. 

Sophie dihadapkan pada pencarian dirinya, tentang siapa dia, orang-orang di sekelilingnya, orang-orang yang dicintainya, serta pekerjaan apa yang benar-benar disukainya. Pertanyaan tentang siapa saya? Mungkin jenis pertanyaan yang paling sering kita lontarkan… hidup seringkali menyisakan pertanyaan, tentang apa yang kita sukai, cintai, dan banyak hal lain. 

Dunia memang tidak selamanya berjalan seperti apa yang kita inginkan. Itu pula yang terjadi pada Sophie, dan mungkin Sophie Sophie yang lain. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai segala hal yang terjadi, sebab itu adalah kekayaan dalam hidup yang akan mendewasakan. Membaca buku ini sama dengan mengikuti perjalan hidup Sophie, perkembangan pola pikirnya… Hingga akhirnya dia menemukan ‘the wonder spot’ dalam hidupnya. Ini tentu saja mengajak pembaca untuk menemukan pula ‘the wonder spot’ dalam hidupnya. Jika kita, berpikir sejenak, merenung dan berpikir positif, maka Ahaaa!! Anda pasti akan menemukan hal yang anda cari. Pun demikian, menurut saya, dalam buku tersebut tidak semua hal diceritakan, sehingga membuat ada keping yang hilang. Dari satu periode ke periode yang lain seakan meloncat. Namun, buku ini cukup menarik untuk dibaca.

Tuesday, February 12, 2008

kita belajar dari kematian

0

Judul buku : Selasa Bersama Morrie: Pelajaran Tentang Makna Hidup 
Pengarang : Mitch Albom 
Penerjemah : Alex Kantjono 
Penerbit : Gramedia 
Thn Terbit : 2001 
Jml Hal : 220 hal 
 "satu satunya cara agar hidup ini menjadi bermakna adalah mengabadikan diri untuk menyayangi orang lain, mengabdikan diri bagi masyarakat di sekitar kita dan mengabdikan diri untuk menciptakan sesuatu yang memberi kita tujuan serta makna.." hal 46

Hidup seakan tiada habisnya untuk dipelajari. Belajar tentang hidup adalah mencari tahu makna kehidupan. Haruskah menangis sedih kala hidup tak sesuai dengan bayangan yang diinginkan? Dan haruskah tertawa lebar saat hidup berjalan sesuai dengan rencana? Keberuntungan, kesialan, kesedihan dan kegembiraan adalah tergantung bagaimana memaknainya. pelajaran tentang hidup barangkali adalah sesuatu yang sulit didapatkan. Buku ini mengisahkan tentang pelajaran hidup yang diberikan Sang Guru menjelang kematiannya. Bagaimana jika hidup anda tinggal 2 tahun lagi? Itulah yang dialami oleh Morrie. Ketika nasib seakan tidak berpihak dan dunia terus berlari. "...Apakah aku akan menyerah dan mati begitu saja, atau akan memanfaatkan sisa waktu sebaik-baiknya" (hal 11).