Saturday, November 05, 2011

Qurban: to understand the pain of others

6


Sehari sebelum Idul Adha, membuat saya ingin merenungkan makna dibalik hal tersebut. Apa yang terbersit dalam benak anda ketika ditanyakan tentang Idul Adha? Mungkin jawabnya ada Nabi Ibrahim, sapi, hewan kurban, penyembelihan,... Saya tidak akan menulis tentang bagaimana sejarah kurban, karena hal tersebut dapat dengan mudah didapatkan di internet.

Menjadi teringat dengan hari Raya Idul Adha yang sudah-sudah, bagaimana saya menjadi sedih ketika menatap hewan-hewan kurban tersebut. Berqurban tidak hanya harus menyisihkan sebagian harta anda untuk membeli hewan qurban dan membaginya dengan kaum papa, tapi juga mengorbankan hidup mahkluk yang lain. Hal ini membuat saya tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nabi Ibrahim kala itu, mengutip twitter Gunawan Muhammad:
Mungkin kita lupa bahwa yg harus dikorbankan Nabi Ibrahim dua hal: seorang bocah yg tak bersalah dan ikatan batinnya dgn si anak.


Hal tersebut rasanya berat dan saya tak bisa membayangkan jika saya berada dalam posisi tersebut. Betapa berat pengorbanan itu. Bahkan dalam kasus hewan kurban, kita membeli hewan kurban dan kemudian menyembelihnya. Bagaimana qurban yang kita lakukan mengantarkan mahkluk lain dalam sakit dan kematian. Hubungan qurban tidak hanya antara orang yang berqurban dan kaum papa yang kemudian menerima daging kurban, tetapi juga dengan hewan yang dikurbankan. Mungkin hubungan yang terakhir kurang kita perhatikan, namun jika kita hayati akan membuat kita tersadar tentang arti pengtingnya hidup, dan merefleksi pengorbanan yang kita lakukan. Kita tidak hanya berkorban dengan menyisihkan harta untuk membeli hewan qurban, tetapi juga mengorbankan hidup hewan tersebut.

Esensi dari berkorban tidak hanya berbagi dengan orang lain (terutama mereka yang tak berpunya), tetapi juga memaknai pengorbanan yang dilakukan. Ini tentu saja tak hanya berlaku pada hari raya idul adha, tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita. Hal kecil saja, pernahkah kita berpikir ketika mengkonsumsi sesuatu, untuk menjadi suatu barang tentu ada pengorbanan yang dilakukan. Ketika menjumpai makan siang kita, mungkin itu adalah pengorbanan ibu/ayah/istri/suami kita yang melupakan rasa lelah setelah bekerja mencari uang dan membuat masakan tersebut yang bahkan mungkin mengorbankan waktu istirahatnya. Jika kita merunut asal suatu barang makan akan banyak cerita pengorbanan-pengorbanan yang akan kita dapatkan. Hal ini akan membuat kita lebih menghargai sesuatu dan memaknai sesuatu bahkan hal kecil sekalipun.

Selamat merayakan idul adha...





Monday, October 17, 2011

sejenak membincangkan cinta dalam sajak 'Aku Ingin'

0


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikanya abu
Aku ingin mecintaimu dengan sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sapardi Djoko Damono, (1989)



Mungkin cinta adalah tema yang paling sering kita dengar saban hari, entah di televisi, roman, lagu atau dalam kehidupan sehari-hari. Membincangkan tentang cinta membuat saya teringat dengan sajak Aku Ingin-nya Sapardi Djoko Damono. Puisi ini cukup populer, jika tidak percaya anda bisa menggooglingnya dan akan keluar berlembar-lembar hasil termasuk musikalisasi puisi tersebut. Mungkin andapun akan menemukan video karya saya di sini, wah kenapa saya malah jadi promosi ya ^_^ hehehe.. back to the topic



Puisi ini mungkin terkesan sederhana, namun sejatinya mengandung makna yang dalam (setidaknya bagi saya). Untaian kata-kata tersebut menyentuh benar dalam diri saya, salah satu kepiawaian SDD adalah meramu kata-kata dan ini adalah salah satunya. Bahkan hingga kini saya masih berusaha memaknai untaian kata dalam sajak itu.

mencinta dengan sederhana
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Saya menjadi bertanya bagaimanakah itu mencintai dengan sederhana? Cinta dalam wajah yang sederhana, tanpa ada kerumitan atau hal-hal yang 'wah'. Membaca sajak 'Aku Ingin', SDD menghadirkan wajah kesederhanaan cinta dalam peniadaan sebagaimana hubungan api dan kayu atau awan dan hujan.

Mencermati kata-kata tersebut, membuat saya berpikir tentang unconditional love. Hubungan kayu dan api dan awan dan hujan, mungkin adalah hubungan yang tak pernah kita pikirkan. Rasa-rasanya hubungan tersebut adalah suatu yang normal adanya, mungkin demikianlah pengorbanan, tak mengharap berbalas. Suatu hubungan yang tulus mungkin.

Kadang menjadi bertanya, kenapa mencintai seseorang, andai dia adalah pembunuh, masihkah mencintainya? andai dia bukan anak kita, masihkah mencintainya? dan masih banyak andai andai yang lain tentu saja. Cinta.. dan pada akhirnya saya hanya bisa mengutip kata-kata Joni Mitchell,
....and still somehow I really don't know love at all.

Mungkinkah saya yang membuat cinta menjadi sebuah rumusan yang complicated dan tak berusaha mennyederhanakannya? entahlah.. Mungkin saya masih terjebak dengan definisi atau apalah tentang cinta atau mungkin bagaimana menyebut perasaan saya. Menjadi bertanya apakah saya sudah benar-benar mencinta? Mencinta dengan sederhana sebagaimana yang tertuang dalam sajak aku ingin.

Atau mungkin ini adalah bentuk cinta yang lain. Cinta tuhan kepada makhluknya...

Wednesday, August 31, 2011

Idul Fitri di Finlandia

7


Berbeda dengan di tanah air yang masih belum menentukan Hari Raya Idul Fitri, beberapa hari yang lalu KBRI Finlandia mengumumkan bahwa Idul Fitri jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011. Ini adalah kali kedua saya merayakan lebaran tidak bersama keluarga. Jika tahun lalu, saya bersama teman-teman saya beramai-ramai mendatangi KBRI Thailand namun tidak tahun ini. Jarak Turku-Helsinki yang cukup jauh (2.5 jam), selain saya juga belum pernah ke Helsinki (selain di Bandara ketika menunggu penerbangan ke Turku) dan juga adanya jadwal di kampus membuat saya mengurungkan niat saya untuk ke KBRI.

Fortunately, Natasha gave me information about Ied Prayer in Turku. Yo, saya bersama muslim lain di Turku mengikuti Shalat Ied di Leaf areena Kärsämäentie 3. Shalat ied ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Muslim Somalia, dan kebanyakan jamaah yang datang berasal dari Somalia. Leaf Areena adalah gedung olahraga di kota Turku, gedung ini cukup luas dan memadai untuk melakukan shalat Ied.

Suasana shalat di sini cukup berbeda dengan di tanah air, tidak hanya karena saya dan teman-teman perempuan saya dari Indonesia yang mengenakan mukena (sementara yang lain tidak), bahkan anak kecil di sebelah saya (kira-kira berumur 8 tahun) mengenaikan topi pandan ^_^ tetapi juga kerapian shalat. Sebelum shalat dimulai, bahkan kami sempat bingung arah kiblat, dan ketika shalat pun barisan (shaf)-nya belum cukup rapi (menurut pandangan saya). Parahnya, meski tempat shalat cukup luas, namun karena seorang ibu menyuruh anaknya berada di samping kanan dan kiri saya, membuat saya tidak leluasa bergerah. Alhasil, saya tidak bisa berkonsentrasi karena sempitnya tempat ketika akan sujud atau duduk T_T

Usai shalat Ied, ada khotbah yang tidak saya mengerti karena tidak menggunakan bahasa Inggris. Uniknya, di dekat pintu keluar beberapa anak membawa sekaleng permen dan jamaah yang datang bisa mengambil permen. Selain itu ada juga balon berwana hijau bertulis Ied Mubarak dari Perhimpunan Muslim Somalia yang bisa diambil oleh para jamaah yang datang.


IED MUBARAK!!! Minal Aidin wal Faidzin

Monday, August 22, 2011

Welcome to the Country of Thousand Lakes

0

Perjalanan dari Bangkok ke Helsinki kurang lebih memakan waktu 10 jam. Penerbangan dengan maskapai dari negara asal pembalap Kimi Raikonen cukup menyenangkan, mereka menyediakan fasilitas entertainment, sayangnya film yang tersedia tidak cukup menarik bagi saya dan saya lebih memilih untuk tidur karena beberapa hari yang lalu saya tidak cukup tidur dan seperti biasa, penyakit saya mengantuk setiap berada di kendaraan selalu muncul. Makanan yang disediakan cukup berlimpah meski tidak bisa dibilang enak, standar saja. 

Saya berangkat bersama teman satu kampus saya asal Vietnam, Ha. Sebelumnya saya sempat deg-degan juga, dengan barang bawaan saya dan ternyata kekhawatiran saya terbukti bagasi saya overweight (nggak tanggung-tanggung 7 kg). Untungnya petugasnya hanya memperingati saya agar pada saat perjalanan pulang saya hati-hati agar tidak overweight lagi. Sedikit tips untuk mensiasati barang bawaan, datang lebih cepat untuk check in, karena biasanya semakin awal kita check in kemungkinan diperbolehkan jika bagasi kita overweight lebih besar. 

Sampai di Helsinki sekitar pukul 6 dan perjalanan belum berakhir karena masih harus menunggu penerbangan ke Turku yang artinya saya harus menunggu sekitar 6 jam. Bandara Helsinki tidak terlalu besar dan tidak banyak fasilitas gratis yang bisa dimanfaatkan hanya ada wi fi yang bisa saya akses dari hp saya. Dan saya pun duduk dan tiduran di kursi yang disediakan untuk menunggu. Bandaranya tidak terlalu ramai dan tidak banyak hal menarik untuk dilihat jadi waktu saya benar-benar habis untuk tiduran dan internetan sekedar chat via YM atau Facebook. Helsinki - Turku ditempuh dalam waktu 1 jam. Pesawat ke Turku cukup kecil dan anehnya di tiket tidak tertera nomor tempat duduk. Ketika saya tanyakan pada pramugari, saya bisa memilih tempat duduk manapun yang saya suka, karena tidak ada nomor tempat duduk. 

Begitu tiba di bandara Turku, I got surprise. Ya, bandaranya kecil dan lengang. Sesampainya di badara Turku, Heli (tutor Ha) sudah ada di sana dan kami (saya dan Wanna) masih harus menunggu Nina, tutor kami yang datang tak lama kemudian. Kami pun segera menuju apartemen kami, yang memakan waktu kira-kira 20 menit. Kesan pertama yang saya dapatkan jalannya cukup lengang tidak ada kemacetan sama sekali dan kotanya cukup kecil (jauh berbeda dengan Bangkok atau Jakarta). 

 This is My Apartment 
Apartemen tempat saya tinggal, Kuunsilta berada di Ritzinkuja dan letaknya berdekatan dengan apartemen lain yaitu Pilvilina dan Haliskyla. Kurang lebih 5 menit berjalan kaki, ada Supermarket, Hesburger (Finnish burger), Pizzeria & Kebab, Penyewaan DVD dan ATM. Letaknya tidak jauh juga dari Kampus (15 menit bersepeda dan 45 menit berjalan kaki). Saya memiliki 2 orang flatmate dan kami berbagi dapur, bathroom dan toilet. Lebih bagus daripada dormitory saya di AIT dan kamarnya pun lebih luas. Internet super duper cepat, ini bagian yang saya suka.

Tuesday, August 09, 2011

Ngabuburit di Kampung Jawa, Ketemu Cucunya KH Ahmad Dahlan

0

Ngabuburit kali ini saya pergi ke Kampung Jawa di Bangkok. Cukup mudah untuk menuju Kampung Jawa, dari AIT naik van ke Victory Monument (30 THB) dilanjutkan menggunakan BTS ke Surasak (35 THB). Turun dari BTS dari exit nomor 4 dan jalan menuju gang pertama di sebelah kiri. Anda bisa pula menanyakan pada penduduk sekitar tentang lokasi surau (untuk masjid disebut surau). Meskipun terkenal dengan nama kampung jawa, namun kebanyakan penduduk yang saya temui tidak bisa berbahasa Jawa, atau jikapun bisa hanya sedikit-sedikit. Adapula yang bisa berbahasa Indonesia. Beberapa penduduk kebanyakan adalah generasi ketiga atau keempat, beberapa dari mereka yang saya temui, tidak mengetahui tepatnya daerah asal orang tuanya di Jawa. Namun, beberapa di antara mereka bisa berbahasa Indonesia. 

Selain Masjid Jawa, terdapat pula pekuburan muslim di sana dan juga madrasah untuk mengaji yang diselenggarakan selepas maghrib, namun selama bulan puasa ini tidak ada kegiatan. Ngabuburit di Kampung Jawa cukup asyik, bagaimana tidak karena sepanjang jalan ada banyak penjual makanan dan halal pastinya. Menurut salah seorang penjual, dia berjualan selama bulan puasa saja. Saya membeli makanan untuk sahur (chicken, lupa namanya) seharga 30 THB. Jika ingin membeli ta'jil untuk buka puasa pun ada banyak pilihan. Anda pun bisa berbuka puasa di Masjid Jawa. Meski namanya masjid Jawa, namun tidak tertutup kemungkinan bagi orang luar yang ingin bergabung. Kala itu saya lihat ada juga orang dari Asia Selatan pun datang ke sana. Di sana saya berkenalan dengan Ibu Asmi, yang kebetulan bertanggung jawab untuk konsumsi hari itu. Saya cukup beruntung karena beliau bisa berbahasa Inggris. Ayah bu Asmi dari Jawa yang telah lama tinggal di Thailand dan ibunya dari Singapura. Sayangnya beliau tidak bisa menjelaskan sejarah orang tuanya sampai di Thailand. "Dulu saya bisa bahasa Jawa, tapi sekarang sudah lupa," demikian tutur bu Asmi. Bu Asmi dahulu tinggal di Kampung Jawa, namun sekarang beliau tinggal di daerah Ramkamheng. Sebelum adzan maghrib kami berkumpul di dalam surau dan mengaji bersama-sama. Selesai mengaji, seorang Bapak membagikan uang 20 THB kepada orang yang datang. Pukul 6.30 pm, kami duduk di meja dan kursi yang sudah disediakan plus hidangan buka puasa. 1 meja terdiri dari 2 kursi untuk 4 orang dan masing-masing meja ada 1 nampan besar berisi makanan: kurma, bakpau (isi ayam dan bakpau manis), dan makanan khas Thai yang saya tak tahu namanya. Ada juga jahe hangat, es kayu manis dan milo. Selesai menikmati makanan, kami mengikuti shalat maghrib berjamaah disana dan menikmati jamuan makan malam. Uniknya, makan tidak menggunakan piring, namun langsung di nampan besar (1 meja 1 nampan), sehingga terasa sekali kebersamaannya. Selain nasi terdapat pat khing (tumis kacang panjang dan ayam), gorengan yg terbuat dari ikan (semacam fish nugget), dan sayur dgn kuah ada beef dan beberapa dedaunan lain yang saya tidak tau namanya. Serta kelengkeng dan rambutan sebagai pencuci mulut. Melalui tata cara ini, saya benar-benar merasa rasa kebersamaan. 


Selesai menyantap makanan, kami ngobrol dengan beberapa orang di sana. Mereka bercerita tentang leluhur mereka yang berasal dari jawa. Kemudian kami bertemu dengan Ibu Walidah dan anaknya yang mengajak kami datang ke rumahnya. Bahkan mereka mengajak kemi menginap pula. Ketika sampai di sana, kami baru mengetahui ternyata beliau adalah cucu KH Ahmad Dahlan. Beliau sedikit-sedikit bisa berbahasa Indonesia dan menceritakan tentang sejarah keluarganya di sana. Ibu Walidah Dahlan adalah anak terakhir dari 10 bersaudara dari anak laki-laki KH Ahmad Dahlan. more photo can be viewed here

Sunday, August 07, 2011

serunya buka puasa di KBRI Thailand

0

Meski kemarin adalah puasa pertama saya, namun seminggu berpuasa di negeri gajah ini sudah bisa membuat saya merindukan suasana puasa di Indonesia. Ramainya penjual yang menawarkan ta'jil buka puasa dan juga orang-orang yang menghormati orang berpuasa adalah suasana berpuasa yang bisa saya rasakan di Indonesia, sementara di sini (pengalaman tinggal di dalam kampus) tidak demikian, buka puasa di tempat masing-masing tanpa ada adzan yang berkumandang (kecuali jika menginstal program islamic finder) seperti yang saya lakukan atau tinggal di dekat prayer room, dan tak ada pula penjual yang menawarkan makanan khas buka puasa seperti kolak dsb.

Kerinduan akan tanah air sedikit terobati ketika mengikuti acara buka puasa bersama yang diadakan KBRI di Thailand. Acara yang diselenggarakan tanggal 6 Agustus lalu di Aula Achmad Yani, dihadiri kurang lebih 200 orang Indonesia yang berdomisili di Bangkok. Bahkan seorang mahasiswa Indonesia yang tinggal di Chiang May rela menempuh perjalanan kurang lebih 9 jam untuk ikut menghadiri acara tersebut.

Tidak hanya dapat mencicipi masakan Indonesia macam soto, ayam goreng, sayur brokoli, kolak, es blewah, dll tapi juga menjadi ajang silaturahmi masyarakat indonesia di Bangkok. Selain buka puasa, dilaksanakan pula shalat maghrib, isya dan tarawih bersama.

Thursday, August 04, 2011

Komunitas Dayak Losarang: New Masculinity?

1

Sebelumnya saya berpikir Komunitas Dayak Losarang adalah komunitas suku Dayak Kalimantan yang berada di Indramayu. Namun ternyata tidak ada kaitan antara Komunitas Dayak Losarang ini dengan suku Dayak di Kalimantan. Jika anda sedang berada di Indramayu, tidak ada salahnya untuk mengunjungi Komunitas Dayak Losarang. Lokasinya cukup mudah dijangkau, dari jalur pantura, berhenti di Kantor Polsek Losarang dan ikuti jalan di sebelahnya (dekat dengan yayasan milik Da'i Bachtiar). Selanjutnya anda bisa berjalan kaki kurang lebih 10 menit.

Lokasinya cukup mencolok karena dikelilingi pagar tembok yang digambar dengan relief-relief serta bangunan yang cukup unik. Terdapat 5 bangunan di sana, yaitu rumah pemimpin (Bpk Takmad Diningrat), ruang workshop, tempat untuk upacara dan ruang meditasi. Komunitas ini cukup terbuka, tamu yang datang disambut baik oleh mereka dan mereka juga cukup terbuka mengisahkan sejarah komunitas ini.

to be continue


Monday, June 27, 2011

Talad near by AIT

0

Ada beberapa talad (pasar) yang dekat dengan AIT.
Thamassat Hospital Talad

Pasar ini adalah morning market yang mulai pada pukul 08.00 dan berakhir pukul 3 siang. Pasar yang terletak di dalam Thamassat hospital ini cukup mudah diakses dari AIT, pun demikian pasar ini hanya ada hari senin dan kamis saja (meski terkadang ketika saya ke sana hari selasa, pasar ini ada juga).

Ada banyak barang yang bisa dibeli di pasar ini, namun paling banyak adalah fashion. Selain itu ada juga makanan dan anda juga bisa pijat di sini. Jika anda datang ke pasar ini pada pagi hari, anda bisa melihat morning alm, dimana beberapa orang memberikan makan kepada para monk yang sedang berdoa.

Selain itu, ada juga green market dimana anda bisa membeli sayur-sayuran dengan harga yang lebih murah dibandingkan di grocery :p

Taladnat (Thamassat night market)
Pasar ini terletak di lokasi Thamassat university. Dari AIT, bisa menggunakan sepeda dan berangkat dari gate 2.

Talad Thai
Adalah pasar sayuran terbesar di Asia Tenggara.


Tuesday, May 17, 2011

Jim Thompson, an American who fall in love with Thailand

0

Jim Thompson (James Harrison Wilson Thompson) adalah seorang businessman (juga arsitek dan kolektor barang-barang antik) dari Amerika, yang kemudian bergabung dengan US Army. Dalam tugasnya, dia berkunjung ke Thailand dan jatuh cinta dengan negara yang dikenal sebagai negeri gajah putih tersebut. Setelah pensiun dari tentara, Jim Thompson tinggal di Thailand dan dia ikut mengenalkan thai silk ke dunia internasional. Dalam perjalanan busnisnya di Malaysia, Jim Thompson menghilang dan tidak ada kabar berita hingga saat ini.

Jim Thompson kemudian membangun sebuah rumah untuk menampilkan koleksi-koleksinya, yang mana pembangunan rumah tersebut butuh waktu satu tahun. Rumah tersebut kemudian menjadi museum yang dikenal dengan Jim Thompson House.

selanjutnya bisa dibaca di sini.

Thursday, May 05, 2011

seorang awam membaca RUU Fakir Miskin

0

Baru-baru ini, entah di FB, di twitter atau di situs online ramai dengan kunjungan DPR RI ke Australia dalam rangka studi banding untuk RUU Fakir Miskin. Bukan karena substansi RUUnya tapi karena email. Saya tidak akan membahas tentang persoalan email dan komisi 8, tetapi bagaimana saya sebagai orang awam membaca RUU Fakir Miskin.

Versi lengkap RUU Fakir Miskin bisa dibaca di sini Terkait dengan penduduk miskin, berdasarkan data BPS tahun 2010, terdapat 31 juta penduduk miskin, atau setara dengan jumlah penduduk Malaysia atau separuh dari total populasi Thailand (Komnas HAM). Terkait dengan penanganan fakir miskin, pemerintah sebenarnya telah memiliki beberapa undang-undang, yaitu UU Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU Kesejahteraan Sosial

Dalam RUU tersebut, fakir miskin didefinisikan sebagai berikut:
Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya

Berdasarkan definisi tersebut, berarti seseorang dikategorikan sebagai fakir miskin jika: tidak memiliki sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi dirinya dan atau keluarganya. Kemudian muncul pertanyaan bagaimana jika seseorang memiliki sumber mata pencaharian namun tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi dirinya dan keluarganya? mengingat kata sambung yang digunakan adalah 'dan' bukan 'dan/ atau'. Jadi kedua kondisi tersebut harus terpenuhi. (atau ini adalah sesat pikir saya?)

Dalam RUU tersebut, saya membaca hanya ada 1 pasal (pasal 18) yang berbicara secara khusus tentang perempuan, itupun dalam konteks penyuluhan dan bimbingan.
ayat 1 : Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyelenggarakan penyuluhan dan bimbingan bagi fakir miskin agar mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam meningkatkan kualitas hidupnya.


ayat 3 : Selain kepada sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyuluhan dan bimbingan diberikan kepada: a. para ibu selama periode sebelum hamil, masa kehamilan, sesudah melahirkan dan menyusui, sehingga dapat melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas.


RUU ini sama sekali tidak menyinggung tentang perempuan kepala keluarga, yang kemungkinan banyak diantaranya adalah fakir miskin. Identifikasi perempuan kepala keluarga akan membuat RUU ini lebih sensitif, mengingat adanya klausul tersebut akan membuat para stakeholder memberikan perhatian kepada perempuan kepala keluarga, terlebih di beberapa daerah (berdasarkan video yang saya lihat, hasil produksi sebuah NGO) masih ada perlakuan diskriminatif terhadap perempuan kepala keluarga yang menjadikan mereka semakin termarginalkan.

Jika dibaca secara keseluruhan RUU ini gender netral, artinya tidak membeda-bedakan antara perempuan dan laki-laki. Semua fakir miskin, baik perempuan atau laki-laki memiliki hak yang sama. Memang belum ada data secara spesifik yang menggambarkan kemiskinan perempuan, namun apabila melihat realitas yang terjadi dimana angka kematian ibu masih cukup tinggi, masih adanya ketimpangan gender dalam partisipasi anak perempuan dan laki mengikuti pendidikan formal di tingkat sekolah lanjutan, masih terkonsentrasinya pekerja perempuan di sektor pekerjaan dengan tingkat pendidikan dan gaji yang rendah.

(bersambung.. maaf saya sakit perut jadi belum bisa melanjutkan)