Showing posts with label reflection. Show all posts
Showing posts with label reflection. Show all posts

Sunday, January 22, 2012

Merindukan Ruang Publik yang Aman bagi Perempuan (dan Anak)

0

Miris hati saya, ketika pagi ini membaca sebuah tulisan "Mahasiswi Diperkosa Lima Pemuda di Angkot." Ini mengingatkan saya pada status mbak Mariana Amiruddin di FB beberapa hari yang lalu,
"Seorang ibu menunggu angkot di pinggir kota sendirian. Datanglah angkot kosong gelap. Saya panik, langsung saya beri tumpangan. Kebetulan satu tujuan. Lalu kami berdua diskusi soal perkosaan di angkot dan situasi kota yg memburuk."
Saya menjadi bertanya, apakah mimpi tentang ruang publik yang aman bagi perempuan (dan anak) masih jadi mimpi belaka di negeri ini? Beberapa waktu yang lalu ketika bertemu dengan kelompok perempuan di Turku (red: Finlandia), mereka bertanya apa yang membedakan hidup di Indonesia dengan di Turku dari perspektif saya yang perempuan. Agak sulit menjawabnya, ada beberapa hal yang membuat saya turn green with envy dengan keadaan di sini. Salah satunya adalah rasa aman, meski malam atau dini hari saya masih berada di jalan yang sepi dan gelap, sendirian; namun saya merasa aman. Tidak ada street harassment yang biasa saya dapati atau saksikan di Indonesia, entah itu komentar dari sekelompok orang (laki-laki) atau siulan. Hal yang sama saya rasakan ketika berada di Thailand, meski tentu saja kadar rasa amannya tidak setinggi di sini. 

 Saya kemudian bertanya, akankah ketika kembali nanti ke negeri tercinta ruang publik sudah menjadi tempat yang aman bagi perempuan. Ketika berbicara tentang ruang publik dan rasa aman, kemudian saya teringat dengan pernyataan seorang tokoh yang menyalahkan busana yang dipakai perempuan. Ah.. kembali perempuan menjadi yang paling bertanggungjawab atas urusan moral. Tubuh perempuan disalahkan dan bagaimana perempuan berbusana menjadi hal yang dituding sebagai penyebab ketidakamanan pada perempuan. Permasalahannya apakah pada perempuan dan busana yang dikenakannya atau pada cara pandang yang menjadikan perempuan sebagai objek? Ketika masyarakat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, tidak memandang pihak yang lain sebagai objek, ruang publik yang aman bagi perempuan (dan anak) bahkan bagi siapa pun tentu saja bukan impian belaka. ----

Monday, August 22, 2011

Welcome to the Country of Thousand Lakes

0

Perjalanan dari Bangkok ke Helsinki kurang lebih memakan waktu 10 jam. Penerbangan dengan maskapai dari negara asal pembalap Kimi Raikonen cukup menyenangkan, mereka menyediakan fasilitas entertainment, sayangnya film yang tersedia tidak cukup menarik bagi saya dan saya lebih memilih untuk tidur karena beberapa hari yang lalu saya tidak cukup tidur dan seperti biasa, penyakit saya mengantuk setiap berada di kendaraan selalu muncul. Makanan yang disediakan cukup berlimpah meski tidak bisa dibilang enak, standar saja. 

Saya berangkat bersama teman satu kampus saya asal Vietnam, Ha. Sebelumnya saya sempat deg-degan juga, dengan barang bawaan saya dan ternyata kekhawatiran saya terbukti bagasi saya overweight (nggak tanggung-tanggung 7 kg). Untungnya petugasnya hanya memperingati saya agar pada saat perjalanan pulang saya hati-hati agar tidak overweight lagi. Sedikit tips untuk mensiasati barang bawaan, datang lebih cepat untuk check in, karena biasanya semakin awal kita check in kemungkinan diperbolehkan jika bagasi kita overweight lebih besar. 

Sampai di Helsinki sekitar pukul 6 dan perjalanan belum berakhir karena masih harus menunggu penerbangan ke Turku yang artinya saya harus menunggu sekitar 6 jam. Bandara Helsinki tidak terlalu besar dan tidak banyak fasilitas gratis yang bisa dimanfaatkan hanya ada wi fi yang bisa saya akses dari hp saya. Dan saya pun duduk dan tiduran di kursi yang disediakan untuk menunggu. Bandaranya tidak terlalu ramai dan tidak banyak hal menarik untuk dilihat jadi waktu saya benar-benar habis untuk tiduran dan internetan sekedar chat via YM atau Facebook. Helsinki - Turku ditempuh dalam waktu 1 jam. Pesawat ke Turku cukup kecil dan anehnya di tiket tidak tertera nomor tempat duduk. Ketika saya tanyakan pada pramugari, saya bisa memilih tempat duduk manapun yang saya suka, karena tidak ada nomor tempat duduk. 

Begitu tiba di bandara Turku, I got surprise. Ya, bandaranya kecil dan lengang. Sesampainya di badara Turku, Heli (tutor Ha) sudah ada di sana dan kami (saya dan Wanna) masih harus menunggu Nina, tutor kami yang datang tak lama kemudian. Kami pun segera menuju apartemen kami, yang memakan waktu kira-kira 20 menit. Kesan pertama yang saya dapatkan jalannya cukup lengang tidak ada kemacetan sama sekali dan kotanya cukup kecil (jauh berbeda dengan Bangkok atau Jakarta). 

 This is My Apartment 
Apartemen tempat saya tinggal, Kuunsilta berada di Ritzinkuja dan letaknya berdekatan dengan apartemen lain yaitu Pilvilina dan Haliskyla. Kurang lebih 5 menit berjalan kaki, ada Supermarket, Hesburger (Finnish burger), Pizzeria & Kebab, Penyewaan DVD dan ATM. Letaknya tidak jauh juga dari Kampus (15 menit bersepeda dan 45 menit berjalan kaki). Saya memiliki 2 orang flatmate dan kami berbagi dapur, bathroom dan toilet. Lebih bagus daripada dormitory saya di AIT dan kamarnya pun lebih luas. Internet super duper cepat, ini bagian yang saya suka.

Saturday, April 30, 2011

Eropa Boi ....

3

Rasanya masih mimpi saja, ketika mendapatkan email ini. Eropa.. akankah saya kesana? Last week I got email from Maheva committee selection:
Dear applicant, You have applied for a MAHEVA scholarship under the ERASMUS MUNDUS Action 2 project, to study in one of MAHEVA European partner Universities in 2011/12 Academic Year. After examination of your application file, the MAHEVA Selection Committee has the pleasure to inform you that your candidature has been accepted within the frame of a MAHEVA mobility at University of Turku.

 

OUR SINCERE CONGRATULATIONS! HOST UNIVERSITY: University of Turku TYPE OF MOBILITY: MASTER DURATION OF THE MOBILITY: 10 MONTHS MONTHLY SUBSISTENCE ALLOWANCE: xxxx euros
Finland... Scandinavian country.... please tell me that this is not a dream Wish everything going well, finger crossed

Monday, March 28, 2011

sebuah cerita dari Nakhon Nayok

0

3 hari, saya dan teman-teman saya akhirnya berkesempatan melakukan field trip. Lokasi tujuan field trip adalah Pak Phli District di Nakhon Nayok Province. Daerah ini tidak jauh dari AIT, bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam dengan menggunakan van. Ada kerinduan berada di lapangan, bercerita dengan masyarakat, belajar dari mereka. 

Namun di sini tentu saja tidak semudah yang dibayangkan. Bagaimana tidak? Kendala bahasa menjadi tantangan terbesar dan mempersulit pendekatan dengan mereka. Membandingkan dengan negeri tercinta, tentu saja di sini keadaannya jauh lebih baik. Meski salah seorang petinggi negara mengajukan excuse tentang masih belum baiknya pelayanan publik di Indonesia karena wilayah yang luas dan penduduk yang banyak. Jika dibandingkan dengan Thailand, tentu saja Indonesia jauh lebih luas dan lebih banyak penduduknya. Namun tentu saja itu bukan menjadi alasan untuk tidak memenuhi hak-hak warga negara. Dari sisi kesehatan, semuanya gratis. Termasuk alat kontrasepsi, menjadi teringat perbincangan saya dengan kawan-kawan perempuan saya tentang alat kontrasepsi. Ketika mereka akan menggunakan alat kontrasepsi, bukan sejarah kesehatannya yang ditanyakan, namun mau alat kontrasepsi dengan harga berapa. Ironis, negara berusaha mengatur laju pertumbuhan penduduk, namun di sisi lain menjadikan perempuan tidak lebih dari objek. Jika di Indonesia pendidikan masih belum gratis, atau kalaupun gratis masih ada pungutan-pungutan lain. Tidak demikian halnya di sini. Pendidikan gratis hingga SMU dan negara juga memberikan bantuan untuk seragam dan buku, jadi pendidikan benar-benar gratis. Tidak hanya itu saja, di sebuah sekolah yang saya kunjungi bahkan jika ada kasus siswi yang hamil, setelah melahirkan dia bisa kembali ke sekolah. Ada pula uang pensiun bagi mereka yang berumur 60 tahun, meski jumlahnya tidak banyak (500 THB/ bulan atau sekitar 150.000/bulan) namun tentu saja lebih baik dari pada tidak ada. Bagi para difabel juga mendapatkan tunjangan tiap bulannya. Jika di suatu daerah membutuhkan day care service, daerah tersebut dapat mengajukan permohonan ke pemrintah. Menjadi termenung dengan keadaan negeri saya yang tercinta, kapan bisa benar-benar memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Rasanya banyak orang kaya di negeri ini, bisa dilihat tentu saja dari perputaran uang yang terjadi, atau mall yang tak pernah miskin pembeli. Kemana larinya pajak-pajak itu?

Sunday, November 28, 2010

ria dan kratongnya

0

Hmm... karena ujian dan tentu saja assignment, belum sempat update blog ini lagi. Is it an excuse? Because actually tomorrow I have an exam. Wish me luck ya.. Seminggu yang lalu, adalah loy kratong festival (lebih lengkapnya klik di sini). Penasaran juga saya dengan festival ini, setelah nyasar sampai ke lokasi Taladnat, akhirnya kami (saya dan teman2) sampai ke lokasi (yang sebenarnya nggak jauh dan kalau mau juga bisa jalan kaki). Nggak mau ketinggalan dengan orang lain, saya membeli kratong di sana. Tentu saja, pilihan dijatuhkan pada kratong yang paling murah (hehehe, prinsip ekonomi berjalan..). Dengan harga 20 bath, kratong tersebut menjadi milik saya. Kratong saya terbuat dari batang pisang (jadi penasaran berapa ratus batang pisang yang dipakai ketika festival ini berlangsung). Selanjutnya batang pisang tersebut ditutup dengan daun pisang, dan dihias dengan bunga-bungaan. Di dalamnya terdapat 3 buah dupa, 1 lilin kecil dan kembang api. It's beautiful.. Sebagaimana ritual orang Thai, saya pun melayarkan kratong saya ke danau. Good bye my kratong... Dan tentu saja sebelumnya 'make a wish' (yang ini tentu saja kepada Tuhan). Hmm, semoga saya bisa bisa melewati hari-hari saya di sini dengan baik, mendapatkan nilai yang bagus di ujian saya dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Loy kratong saya ikut 'menyampah' di danau tersebut. Namun saya senang, dia bisa berlayar dan lilin padam hingga titik darah penghabisan.

Tuesday, July 06, 2010

Thanx God

1

Terkadang saya lupa bersyukur, terlebih ketika hal itu terasa sulit bagi saya. Rasanya sulit sekali menerima rencana Tuhan saat itu. Saya masih ingat, acap kali saya menangis, sedih, memaki, aaah... hari ini saya menerima email :
Dear Ms Ria Permania Sari, Please be inform that you are awarded a full scholarship from Japanese Government. The formal letter will be sending to you as soon as the admission done preparing, we would like to inform you before hand so that you can prepare yourself to ask permission to take a leave/resign from your job/work. We would like to apologies for the late information coz we just received today the confirmation from the Japanese Government. I am looking forward to hear from you. Please do not hesitate to contact us if you need clarification. Sincerely, Ms Agnes GDS Secretariat
Rasanya tidak percaya, berkali-kali saya membacanya untuk meyakinkan diri saya. Beberapa kali saya apply beasiswa, namun belum ada yang berhasil. Sebenarnya saya mendaftar 2 beasiswa lagi, dan baru pengumuman 1-2 bulan mendatang.. Tuhan, tunjukkan yang terbaik buat saya, amien...

Thursday, June 04, 2009

Setahun berlalu..

1

Sebuah keresahan, mungkin dari sana semuanya bermula. Keresahan akan kemapanan yang sejenak aku nikmati, keresahan untuk belajar, keresahan untuk berbagi, keresahan untuk berbuat sesuatu, dan segala alasan lain yang tidak bisa diungkapkan. Namun tentu saja bukan suatu hal yang kebetulan, karena tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Ini aku sadari betul. Segala keresahan yang mencari bentuknya dan kemudian hal ini ada. Membuat aku berproses dengan mereka, kawan-kawanku. Belajar dari mereka, memuaskan ingin tahuku, bergumul dengan ingin serta kebingunganku. Dan tak terasa setahun lebih telah berlalu. Perlahan, kawan-kawan kecilku telah menyeruak dalam hatiku. Memiliki tempat hingga membuatku memikirkannya. Sungguh mereka survivor yang baik, mampu bertahan dalam lingkungannya yang mungkin aku tidak sanggup. Namun persoalannya adalah bagaimana agar daya survive mereka pun berkualitas. Terlalu bombastis jika dibilang itu adalah PRku.. Namun rasanya ingin berbuat sesuatu untuk mereka, dengan langkah kecilku yang berusaha menemani mereka. Selama setahun ini ada banyak rasa yang tak bisa diungkap. Ketika bosan menyeruak, atau ketika semangat berfluktuasi atau ketika harus menyembunyikan rasa. Sungguh bukan hal yang mudah. Yang kadang ingin membuatku lari menyingkir, menghilang atau apalah. Terasa egois rasanya, apalagi ini jelas bertentangan dengan apa yang aku yakini dalam menjalin hubungan. Semua rasa yang ada, tentunya tidak sebanding dengan tanggung jawab moralku atau kebahagiaan melihat senyum mereka. Semoga ini 'kan terus menjadi semangatku. Amien.

Friday, November 28, 2008

Ten Things To Do Instead Of Shopping

4

In honor of buy nothing day, 10 things to do instead of shopping: 
 1. Reading books 
 2. Take care of plants 
 3. Make a list that I would to do 
 4. Drawing trees 
 5. Write a poem 
 6. Walking around or running 
 7. Make handicrafts 
 8. Dreaming and listening my fav music 
 9. Clean up my room 
10. Sleeping (zzt...zzt...) 

 How bout you?

Wednesday, November 26, 2008

24 Jam Tanpa Belanja: Buy Nothing Day di Tengah Gempuran Konsumerisme

3

Aktivitas belanja saat ini tampaknya telah menjadi gaya hidup banyak orang. Jika meminjam Kata-kata seorang teman yang menggambarkan konsumerisme saat ini adalah "saya belanja maka saya ada". Ini tidaklah berlebihan jika melihat berjamurnya mall mall di hampir tiap sisi kota yang tidak pernah sepi dari pengunjung. Apabila menggunakan teori N-ach, maka gejala konsumerisme yang ada saat ini merupakan bentuk dari need of display atau need of prestige. Jika semula belanja merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan. Maka saat ini belanja bagaian dari kebutuhan akan prestige. Dimana demi untuk mengikuti trend yang berlaku saat ini, maka kegiatan belanja dilakukan. Trend, mode telah menjadi bagaian yang menggerakkan aktivitas belanja. Buy Nothing Day merupakan ajakan untuk tidak berbelanja dalam 1 hari (tulisan tentang ini sudah pernah saya posting sebelumnya - red). Ajakan untuk menjadi konsumen yang cerdas dan kritis. Pernahkah kita berpikir, terbuat dari apakah barang yang kita konsumsi? Apakah terbuat dari bahan yang ramah lingkungan?

Tuesday, June 13, 2006

gempa Djokja

0

Sekitar jam 5.55 pagi, aku yang masih bermalas-malasan di tempat tidur, dikejutkan oleh gempa. Waktu itu kupikir gempa itu seperti gempa yang biasa kualami, dalam skala kecil dan tidak berlangsung cukup lama. Tapi ternyata gempanya makin lama makin besar dan tidak berhenti. Nenekku sudah berteriak-teriak di luar. Aku berpikir untuk bersembunyi di kolong tempat tidur, karena saat itu aku teringat pada tulisan di majalah anak-anak yang dulu pernah kubaca. Jika terjadi gempa, dan berada dalam ruangan yang jauh dari pintu keluar, maka carilah tempat yang aman, yaitu di kolong meja atau tempat tidur (tentu saja yang cukup kuat). Aku baru keluar rumah saat gempa telah usai. Saat aku melihat keadaan rumah, ternyata dinding rumah retak-retak, ada pula yang jatuh ke lantai. Genteng-genteng turun, rak bukuku jatuh, cat minyak menggenangi karpet, jaringan telepon terganggu, dan tentu saja listrik mati. Aku kemudian berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi melalui walkmanku, banyak stasiun radio yang tidak mengudara, saat itu yang berhasil kutemukan adalah Eltira, namun mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tapi walkmanku kemudian kutinggalkan karena aku harus membereskan puing-puing yang berjatuhan.

Semula gempa tersebut dipikir karena letusan gunung merapi, tapi ternyata merapi tidak meletus. Namun, dari temanku, aku mendapat informasi bahwa gempa tersebut akibatnya cukup parah, banyak rumah yang ambruk dan ada korban jiwa. Kemudian kami dikejutkan dengan berita gempa susulan, dan beberapi kali terjadi gempa susulan namun kekuatannya lebih rendah dari gempa utama. Masyarakat masih panik, dan belum berani masuk rumah. Belum juga hilang kekhawatiran itu, ada isu tsunami yang menggemparkan. Tentu saja masih teringat tsunami di aceh, melihatnya saja sudah ngeri, apalagi membayangkan bakal mengalaminya. Lalu lintas menjadi padat, karena orang-orang yang panik. Beberapa saat kemudian keadaan dapat terkendali, setelah ada pemberitaan bahwa hal itu adalah bohong adanya.

Listrik masih belum menyala, dan itu membawa serangkaian masalah. Dari batere ponselku yang sudah sekarat, banyaknya sms dan telepon (meski terputus-putus) membuat batere ponselku cukup bekerja keras. Selain itu masalah air, karena listrik mati, air jadi tidak mengalir. Karenanya aku harus mengangkut air dari tempat tetangga yang masih menggunakan sumur timba, juga numpang mandi di kamar mandinya. Tidak dapat menyeterika baju, sehingga memakai baju seadanya.

Gempa tektonik berkekuatan 6 skala richter itu mengakibatkan kerusakan yang cukup parah, banyak rumah yang rata dengan tanah atau tidak layak huni, juga ribuan orang menjadi korban. Rumah nenekku di daerah prambanan bahkan setengah hancur dan tidak layak ditinggali lagi, paman dan keponakanku pun juga menjadi korban.

Semoga semuanya akan segera berakhir dengan baik. segala peristiwa yang terjadi pasti ada hikmahnya. Keep on struggle !!!