After spending much time to make this video, I published it in front of peoples... This is not my first project, but this is my first video that published to the public.. Hope you will enjoy it also..
Tuesday, October 26, 2010
Sunday, October 10, 2010
Grand Palace - Wat Po - Suan Lum Night Bazzar (1 day tour)
Posted on 11:52 PM by ria permana sari
Nggak nyangka, ternyata rencana mendadak buat wisata kesampaian juga. Dan tujuan wisata kali ini adalah Grand Palace, Wat Po dan Suan Lum Night Market Bazaar. Akhirnya, kami bersembilan (plus beryll, anggota terkecil grup kami) berpetualang ke sana.
Ada beberapa cara untuk menuju Grand Palace dari AIT/ Thamassat University:
Pertama, menggunakan van tujuan BTS (30 bath). Dari BTS menggunakan sky train dan berhenti di Siam (30 bath), kemudian berganti kereta menuju ke Thaksin (5 bath). Selanjutnya menggunakan Chao Phraya Boat Express, untuk menuju ke sana dari pintu keluar akan ada penanda yang menunjukkan arah ke Chao Phraya Boat Express station. Selanjutnya dengan menggunakan boat tersebut, berhenti di Tha Chang (17 bath). Dan anda cukup berjalan saja menuju Grand Palace. [cara ini yang kami gunakan ke sana].
Kedua, menggunakan van tujuan National Monument. Dari National Monument menuju ke Ratchavithee Hospital untuk menstop bus (no.12) ke Grand Palace.
Ketiga, menggunakan van ke Thamassat University (not Rangsit). Dari sana anda dapat berjalan ke Grand Palace (tapi lumayan jauh).
selanjutnya klik di sini
Thursday, October 07, 2010
Pengalaman Menggunakan Internet Banking
Posted on 9:24 PM by ria permana sari
Dulu saya tidak berpikir untuk memiliki internet banking, namun begitu meninggalkan Indonesia, terasa sekali keuntungannya. Apalagi untuk membayar beberapa tagihan. Sayang, karena waktu yang begitu mepet ketika kepergian saya di Indonesia, jadi belum sempat apply.
Salah satu bank yang saya miliki menawarkan fasilitas internet banking dengan pendaftaran melalui ATM atau online (via internet). Pilihan yang kedua pun saya lakukan, karena sangat mudah dan dapat saya lakukan dari sini. Namun ternyata sulitnya bukan main, dari sms password yang tidak kunjung sampai, hingga saya mengirimkan email berkali-kali ke customer servicenya. Kadang kemarahan membuat segala sesuatu cepat dibalas. Saya masih teringat betapa kesalnya saya ketika email yang mereka berikan ternyata (sepertinya) adalah email otomatis untuk kasus tersebut. Bagaimana tidak, karena jawaban yang diberikan tidak merujuk pada email yang saya tulis.
Akhirnya saya bisa juga apply, namun permasalahan ternyata masih mendera saya. Ketika saya login, ternyata password awal tidak bisa diganti. Dan ketika saya login kedua kalinya, password tersebut tidak bisa digunakan dan alhasil ID saya terkunci. Oh My GOd, apakah kesalahan di saya yang gaptek atau tekhnologinya yang terlalu canggih. Dan sekarang saya masih dalam proses untuk reset password, tentu saja dengan mengubungi pihak bank tersebut. Tentu saja, hal ini terkait dengan keamanan, namun dari kacamata nasabah, hal ini sangat menyulitkan.
Bank lain yang saya miliki juga menawarkan fasilitas internet banking, tapi untuk apply harus di tempat pertama membuka tabungan? Whats? Tentu saja, tidak akan saya lakukan, memangnya mereka mau membayar ongkos transportasi saya?
Di sini saya membuka account di sebuah bank. Pembukaan awalnya cukup murah dibandingkan di Indonesia (kalau tidak salah dulu untuk buka awal umumnya Rp 500.000,-). Namun demikian, jika anda menginginkan fasilitas ATM, anda harus membayar sejumlah uang, ini tentu saja berbeda dengan di Indonesia. Namun selanjutnya anda tidak perlu membayar administrasi ATM. Iseng, saya mencoba mendaftar internet banking bank ini. Ternyata, cukup mudah, anda bisa mendaftar online. Prosesnya sangat mudah dan ketika lupa password, juga tidak perlu menelpon bank tersebut. Mungkin inilah kemudahan yang ditawarkan bank tersebut, yang mengusung slogan easy bank, easy net, etc..
Salah satu bank yang saya miliki menawarkan fasilitas internet banking dengan pendaftaran melalui ATM atau online (via internet). Pilihan yang kedua pun saya lakukan, karena sangat mudah dan dapat saya lakukan dari sini. Namun ternyata sulitnya bukan main, dari sms password yang tidak kunjung sampai, hingga saya mengirimkan email berkali-kali ke customer servicenya. Kadang kemarahan membuat segala sesuatu cepat dibalas. Saya masih teringat betapa kesalnya saya ketika email yang mereka berikan ternyata (sepertinya) adalah email otomatis untuk kasus tersebut. Bagaimana tidak, karena jawaban yang diberikan tidak merujuk pada email yang saya tulis.
Akhirnya saya bisa juga apply, namun permasalahan ternyata masih mendera saya. Ketika saya login, ternyata password awal tidak bisa diganti. Dan ketika saya login kedua kalinya, password tersebut tidak bisa digunakan dan alhasil ID saya terkunci. Oh My GOd, apakah kesalahan di saya yang gaptek atau tekhnologinya yang terlalu canggih. Dan sekarang saya masih dalam proses untuk reset password, tentu saja dengan mengubungi pihak bank tersebut. Tentu saja, hal ini terkait dengan keamanan, namun dari kacamata nasabah, hal ini sangat menyulitkan.
Bank lain yang saya miliki juga menawarkan fasilitas internet banking, tapi untuk apply harus di tempat pertama membuka tabungan? Whats? Tentu saja, tidak akan saya lakukan, memangnya mereka mau membayar ongkos transportasi saya?
Di sini saya membuka account di sebuah bank. Pembukaan awalnya cukup murah dibandingkan di Indonesia (kalau tidak salah dulu untuk buka awal umumnya Rp 500.000,-). Namun demikian, jika anda menginginkan fasilitas ATM, anda harus membayar sejumlah uang, ini tentu saja berbeda dengan di Indonesia. Namun selanjutnya anda tidak perlu membayar administrasi ATM. Iseng, saya mencoba mendaftar internet banking bank ini. Ternyata, cukup mudah, anda bisa mendaftar online. Prosesnya sangat mudah dan ketika lupa password, juga tidak perlu menelpon bank tersebut. Mungkin inilah kemudahan yang ditawarkan bank tersebut, yang mengusung slogan easy bank, easy net, etc..
Gender Dimension on Globalization
Posted on 11:40 AM by ria permana sari
Globalization as the situation of border-less world, can not be avoided. Actually globalization is not a new process, it was happened long long time ago, since the colonization era.
Globalization
Gender and Globalization
Globalization gave different impact between women and men, among women and among men.
Globalization
Gender and Globalization
Globalization gave different impact between women and men, among women and among men.
ketika perempuan bersama
Posted on 11:26 AM by ria permana sari

Sudah lebih dari dua bulan ini saya berada di salah satu perguruan tinggi di negeri Gajah Putih untuk menimba ilmu. Di sini saya bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam etnis, kebangsaan dan budaya. Demikian halnya dengan mahasiswa Indonesia yang belajar di sini, berasal dari berbagai macam latar belakang, baik itu suku, profesi atau agama. Terasa sekali pluralitas di sini, tidak salah jika kemudian kampus ini mengusung slogan multinational community.
Berbicara tentang pluralitas, menjadi teringat perbincangan dengan teman saya. Mereka terkejut ketika saya menceritakan bahwa Indonesia terdiri dari kurang lebih 17.000 pulau, dengan berbagai suku dan memiliki lebih dari 300 bahasa lokal. Saya bangga dengan keragaman yang dimiliki Indonesia, dan di perantauan semangat nasionalisme itu menjadi semakin kuat.
Keragaman tidak hanya menjadi milik suatu daerah atau negara, keragaman juga dimiliki perempuan. Mengapa secara spesifik saya membahas perempuan? Tentu saja bukan semata karena saya belajar Gender and Development, namun karena isu pluralisme (keberagaman) sangat dekat dengan isu perempuan. Melalui pluralisme, keragaman perempuan diakui dan melalui pluralisme, perempuan memperoleh hak-haknya karena kebenaran tidak hanya milik laki-laki, tetapi juga perempuan.
Di kampus tempat saya menuntut ilmu, kami-perempuan, berasal dari negara yang berbeda, agama yang berbeda, budaya yang berbeda dan juga status sosial ekonomi yang berbeda, bahkan mungkin orientasi seksual yang berbeda. Namun secara biologis kami sama, perempuan, dan kami merasakan hal yang sama sebagai perempuan.
Kami menolak dan menentang pelecehan seksual, dan bersama kami menyadari pula bahwa pelecehan seksual tidak hanya dialami perempuan saja, namun mayoritas korban adalah perempuan. Meskipun di sini menganut zero tolarance for sexual harassment, namun tidak lantas membuat pelecehan seksual raib. Pelecehan seksual masih saja terjadi, dan mungkin sebagaimana fenomena gunung es, karena rata-rata korban tidak mau menceritakan pengalamannya. Entah karena merasa malu, dan tidak ingin kasusnya tersebar luas atau tekanan dari pihak lain.
Mendukung korban berbicara saja tidak cukup untuk melawan pelecehan seksual, karena yang lebih penting adalah mendukung budaya yang saling menghargai antara perempuan dan laki-laki, diantara laki-laki dan diantara perempuan. Tanpa adanya rasa saling menghargai, mustahil menciptakan lingkungan yang harmoni. Terlebih dengan adanya berbagai perbedaan. Inilah yang kemudian mendorong kami untuk memulai mengorganisasikan diri, membentuk wadah untuk berkumpul dan bercerita.
Ketika perempuan bersama, dengan segala perbedaan yang dimiliki masing-masing individu kami merasa kuat dan bersemangat untuk mendukung dunia yang ramah perempuan, ramah anak dan ramah pada kelompok terpinggirkan lainnya. Mungkin ini sebuah awal dari perjuangan yang entah kapan akan selesainya, namun niat baik akan menuai hasil yang baik juga bukan? Semoga
Sunday, October 03, 2010
siam park
Posted on 10:21 PM by ria permana sari
Saturday, October 02, 2010
Breast Cancer Awareness Month
Posted on 10:27 PM by ria permana sari
Bulan Oktober merupakan breast cancer awareness month, yang merupakan bagian dari kampanye internasional untuk meningkatkan kesadaran tentang kanker payudara. Termasuk pula di dalamnya penggalangan dana untuk riset, pencegahan dan penyembuhan serta pemberian informasi dan dukungan bagi mereka yang terkena kanker payudara.
Kampanye ini pertama kali diadakan pada tahun 1985 di Amerika oleh AstraZeneca, perusahaan yang memproduksi obat kanker. Kampanye tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan mamografi sebagai senjata ampuh melawan kanker payudara. Perhatian terhadap kampanye kanker payudara ini kemudian semakin mendunia, dan banyak yang terlibat di dalamnya, termasuk Estee Lauder dan Avon, perusahaan kosmetik.
Pita merah jambu sebagai lambang kepedulian terhadap kanker payudara, pertama kali diperkenalkan oleh Susan G Komen Fondation, yang aktif di bidang kanker payudara.
apa itu kanker payudara?
kanker payudara merupakan kanker pada jaringan payudara, yang umumnya diderita perempuan. Pria juga beresiko terkena kanker payudara, namun kemungkinannya sangat kecil. (wikipedia)
Kampanye ini pertama kali diadakan pada tahun 1985 di Amerika oleh AstraZeneca, perusahaan yang memproduksi obat kanker. Kampanye tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan mamografi sebagai senjata ampuh melawan kanker payudara. Perhatian terhadap kampanye kanker payudara ini kemudian semakin mendunia, dan banyak yang terlibat di dalamnya, termasuk Estee Lauder dan Avon, perusahaan kosmetik.
Pita merah jambu sebagai lambang kepedulian terhadap kanker payudara, pertama kali diperkenalkan oleh Susan G Komen Fondation, yang aktif di bidang kanker payudara.
apa itu kanker payudara?
kanker payudara merupakan kanker pada jaringan payudara, yang umumnya diderita perempuan. Pria juga beresiko terkena kanker payudara, namun kemungkinannya sangat kecil. (wikipedia)
patriarchy
Posted on 4:36 PM by ria permana sari

What is patriarchy?
There are a lot of concepts to explain patriarchy, in the different ways. Nevertheless, patriarchy has 2 similar core elements, first, gender inequality and second is a degree of systematicity. The first core can be expressed as the domination of men over women. The domination here is based on the social dimension, not using biological categories. If patriarchy using biological categories, the way to overcome patriarchy is by eliminating one category it means the destruction of human species.
Patriarchy derived from patriarch, meaning: elder men. There are some definitions of patriarchy:
principle of the dominion of senior males over juniors, male as well as female, in the family, tribe or nations, allied with the reckoning of descent in the male line. (dictionary)
a set of social power relation that enable men to dominate women (sokoloff).
a system of social structures and practices in which men dominate, oppress and exploit women (walby).
To sum up, patriarchy can be defined as a system of social structures and practices in which enable men dominate, oppress and exploit women as well as the domination of the older to the younger.
Walby defined 6 structures of system of patriarchy: patriarchal relations in household work, patriarchal relations in paid work, a patriarchal state, male violance, patriarchal relations in sexuality and patriarchal relations in cultural institutions.
There have been two major form of patriarchy (Walby): public and private. Private patriacrhy is based upon household production, in where a patriarch controlling women individually and directly in the relatively private sphere of the home. While public patriarchy is based on structures rather than the household.
more, click here
Tes Keperawanan Sebagai Syarat Masuk Sekolah: Kalau Tidak Perawan Tidak Boleh Sekolah?
Posted on 3:55 PM by ria permana sari
"Tiap-tiap warga negara berhak atas pendidikan dan pengajaran."
(UUD 1945)

Anggota dewan dari salah satu provinsi di Indonesia mengeluarkan wacana tentang tes keperawanan sebagai syarat masuk sekolah. Hal ini menuai kontroversi, ada yang pro dan banyak pula yang kontra. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, jika saya tidak perawan, apakah saya bisa sekolah?
Berbincang tentang tes keperawanan, menurut saya menjadi sangat diskriminatif. Bagaimana tidak, karena tes tersebut hanya ditujukan kepada anak perempuan. Dan tentu saja, hal ini melanggar hak anak dan hak asasi manusia, serta sebagaimana pasal dalam UUD 1945 yang saya kutip dimuka, sangat tidak konstitusional, karena tiap-tiap warga negara berhak atas pendidikan dan pengajaran tidak peduli perawan atau perjaka, semua tanpa terkecuali.
Keperawanan perempuan dipandang tinggi di masyarakat, inilah yang kadang membuat saya tersenyum kecut. Bukankah seharusnya tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan? Apa bedanya antara laki-laki dan perempuan. Jika kemudian memandang tes keperawanan adalah solusi akan maraknya pergaulan bebas, adanya tes tersebut membuat perempuan seakan sebagai 'terdakwa' akan maraknya pergaulan bebas. Bagaimana dengan laki-laki?
Jika kemudian tes tersebut diterapkan, bagaimana dengan anak perempuan yang tidak lolos tes tersebut? Mereka akan mengalami beban agenda. Tidak bisa sekolah sudah pasti, dan bagaimana mereka mengakses pendidikan? Siapa yang kemudian bertanggung jawab atas hal tersebut? Yang kedua adalah stigma masyarakat terhadap dirinya. Anak-anak relatif rapuh dibandingkan dengan orang dewasa, dan sudah pasti beban mental dan psikologis yang ditanggungnya dapat berakibat pada kejiwaannya. Dan ini hanya akan dialami oleh anak perempuan...
Terkait dengan tingginya pergaulan bebas di kalangan remaja yang sangat dikhawatirkan para orang tua, tes keperawanan sebagai syarat masuk sekolah bukanlah solusi yang bijak. Hal ini justru mengarah pada diskriminasi dan merugikan anak. Bukankah sebagai orang dewasa kita harus memikirkan yang terbaik untuk anak? Pendidikan seks untuk remaja dapat menjadi alternatif yang bijak dalam menangkal maraknya pergaulan bebas, terlebih di tengah masifnya terpaan informasi dan komunikasi melalui media massa yang dapat dengan mudah diakses oleh semua orang.
TOLAK TES KEPERAWANAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MASUK SEKOLAH
(UUD 1945)

Anggota dewan dari salah satu provinsi di Indonesia mengeluarkan wacana tentang tes keperawanan sebagai syarat masuk sekolah. Hal ini menuai kontroversi, ada yang pro dan banyak pula yang kontra. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, jika saya tidak perawan, apakah saya bisa sekolah?
Berbincang tentang tes keperawanan, menurut saya menjadi sangat diskriminatif. Bagaimana tidak, karena tes tersebut hanya ditujukan kepada anak perempuan. Dan tentu saja, hal ini melanggar hak anak dan hak asasi manusia, serta sebagaimana pasal dalam UUD 1945 yang saya kutip dimuka, sangat tidak konstitusional, karena tiap-tiap warga negara berhak atas pendidikan dan pengajaran tidak peduli perawan atau perjaka, semua tanpa terkecuali.
Keperawanan perempuan dipandang tinggi di masyarakat, inilah yang kadang membuat saya tersenyum kecut. Bukankah seharusnya tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan? Apa bedanya antara laki-laki dan perempuan. Jika kemudian memandang tes keperawanan adalah solusi akan maraknya pergaulan bebas, adanya tes tersebut membuat perempuan seakan sebagai 'terdakwa' akan maraknya pergaulan bebas. Bagaimana dengan laki-laki?
Jika kemudian tes tersebut diterapkan, bagaimana dengan anak perempuan yang tidak lolos tes tersebut? Mereka akan mengalami beban agenda. Tidak bisa sekolah sudah pasti, dan bagaimana mereka mengakses pendidikan? Siapa yang kemudian bertanggung jawab atas hal tersebut? Yang kedua adalah stigma masyarakat terhadap dirinya. Anak-anak relatif rapuh dibandingkan dengan orang dewasa, dan sudah pasti beban mental dan psikologis yang ditanggungnya dapat berakibat pada kejiwaannya. Dan ini hanya akan dialami oleh anak perempuan...
Terkait dengan tingginya pergaulan bebas di kalangan remaja yang sangat dikhawatirkan para orang tua, tes keperawanan sebagai syarat masuk sekolah bukanlah solusi yang bijak. Hal ini justru mengarah pada diskriminasi dan merugikan anak. Bukankah sebagai orang dewasa kita harus memikirkan yang terbaik untuk anak? Pendidikan seks untuk remaja dapat menjadi alternatif yang bijak dalam menangkal maraknya pergaulan bebas, terlebih di tengah masifnya terpaan informasi dan komunikasi melalui media massa yang dapat dengan mudah diakses oleh semua orang.
TOLAK TES KEPERAWANAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MASUK SEKOLAH
Thursday, September 09, 2010
another version of snow white...
Posted on 3:34 PM by ria permana sari

Hari ini kelas kami membicarakan sebentar tentang snow white alias puteri salju. Dr. Kyoko kemudian menceritakan tentang versi asli cerita snow white. Ide ceritanya sama, hanya saja untuk tulisan berikut saya kembangkan sendiri. Dan untuk bagian terakhir (ending cerita) saya kembangkan sendiri. Terinspirasi juga dengan buku perempuan pemintal kegelapan di bagian cerita cindelarat. Rasanya menarik melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda bukan?
Mungkin semua orang membenciku, tidak anak kecil tetapi juga orang dewasa. Semua orang berpikir akulah si pemuja kecantikan, yang tidak ingin tersaingi hingga kemudian tega membunuh anak tiriku demi untuk predikat 'yang paling cantik.' Aku dan cermin ajaibku serta usahaku menyingkirkan anak tiriku, itukah yang kalian dengar? Apakah kalian tahu kakiku dipasung dan dibakar di api, serta harus menari di hadapan Snow White hingga aku mati..? Sekarang, dengarkan ceritaku, dan lupakanlah sebentar cerita yang pernah kalian dengar.
Aku tidak pernah menyangka jika kemudian setelah beberapa saat ratu wafat, raja memintaku menjadi pendampingnya. Dengan menjadi istri raja, aku otomotis menjadi ratu bukan? Ini tentu saja kebanggaan tersendiri untukku, dari semula perempuan biasa, menjadi seorang ratu.
Raja memiliki seorang anak perempuan yang kemudian tumbuh menjadi seorang putri yang cantik, tentu kalian mengenalnya bukan? ya Snow White. Tentang kecantikan, hmmm rasanya semua perempuan ingin menjadi cantik. Kecantikan dilabelkan pada perempuan dan rasanya perempuan selalu dituntut untuk tampil cantik. Rasanya tidak hanya diriku saja yang ingin menjadi cantik. Terlebih aku adalah ratu bukan? Jika kemudian aku iri dengan kecantikan snow white, rasanya wajar saja. Sebagai perempuan kalian tentu saja pernah iri dengan perempuan lain yang lebih cantik.
Namun bukan itu masalahnya. Biarkan aku memberitahu kalian hal yang tidak pernah orang lain ketahui. Aku berusaha menjadi ratu, istri dan ibu yang baik. Namun kemudian, setelah beberapa saat tinggal di istana, aku mengatahui sesuatu yang tentu saja kalian tidak pernah mengetahuinya. Kecantikan Snow White tidak saja menarik hati para pangeran dari kerajaan tetangga, tetapi juga Raja. Ya, ayah snow white sendiri. Incest (lebih lanjut tentang incest dapat diklik di sini)adalah suatu hal yang tidak diperkenankan, ini adalah aib kerajaan dan juga aib keluarga kami. Kultur berkata bahwa incest adalah sesuatu hal yang tabu, hal ini dibenarkan juga dari segi kesehatan, karena anak hasil incest memiliki kecenderungan mengalami kelainan genetis. Beruntunglah aku yang memiliki cukup pengetahuan tentang medis dan obat-obatan, meski kemudian hal ini membuatku dicap sebagai penenung (witch). Adalah suatu hal yang jarang ketika perempuan memiliki pengetahuan tentang hal tersebut, sehingga perempuan seperti aku kemudian dikonotasikan sebagai penenung. Aku jadi bertanya, apakah salah ketika perempuan berusaha menguasai ilmu kesehatan?
Kembali pada ceritaku, bisakah kalian membayangkan jika berada dalam posisi aku? Aku sangat terpukul, namun aku harus berbuat sesuatu. Aku berusaha menyelamatkan Snow White, puteri angkatku dengan membuang dia jauh-jauh dari istana. Aku tidak ingin kejadian ini berlanjut dan diketahui publik. Jika hal ini tercium oleh pihak luar, bahkan oleh musuh kerajaan kami tentu akan menjadi pukulan telak bagi raja. Aku membenci hal ini, karena bagaimanapun juga Raja bersalah, tidak seharusnya dia melakukan incest pada anak kandungnya. Dengan alasan kerajaan, aku harus mengesampingkan hal tersebut dan tentu saja, perasaanku. Snow White yang masih belia tentu saja tidak mengeti pertimbanganku. She is a little bit green to know the truth.
Hari demi hari berlalu dan berganti bulan. Aku masih saja khawatir dengan keadaan Snow White. Aku berharap agar dia tidak hamil, karena jika hal itu terjadi tentu akan menjadi masalah baginya. Dia masih sangat muda dan tentu saja untuk (sekali lagi) nama baik kerajaan.Inilah alasanku selalu memantau Snow White, bukan untuk mencari tahu siapa yang paling cantik di seluruh dunia. Dan ternyata kekhawatiranku terjadi, Snow White hamil..
Apakah kalian mengetahui jika siang dan malam aku berusaha meramu daun-daunan bukan untuk membuat racun yang kemudian aku taruh ke dalam apel. Aku meramu daun-daunan agar menjadi ramuan yang dapat menggugurkan kandungan Snow White, tentu saja sebelum janin itu bertambah besar. Akhirnya aku berhasil membuat ramuan itu dan menaruhnya di sebuah apel.
Kemudian aku menyamar menjadi seorang nenek tua dan bertamu ke rumah Snow White. Aku tahu, hatinya yang lembut menjadikannya langsung iba kepadaku. Nenek tua yang terlantar. Kemudian aku memberinya apel sebagai ucapan terima kasih. Aku memaksanya untuk menerimanya serta memakannya. Aku berharap agar ramuan itu dapat bekerja dengan baik.
( to be continued )...
ada beberapa versi yang ada di otak saya untuk mengakhiri cerita ini.
saya tidak setuju dengan pertentangan antar perempuan jika kemudian dijadikan ending cerita. jadi kemungkinan terbesar adalah institusi yang kemudian menjadi penyebab sang ibu tiri dipasung dan dipaksa menari hingga mati.
Subscribe to:
Posts (Atom)