Thursday, April 08, 2010

Pajak dan Kemiskinan

2


Penyimpangan terkait dengan masalah pajak akhir-akhir menjadi berita yang selalu muncul di berbagai media. Hal ini bermula dari kasus Gayus Tambunan, pegawai pajak golongan 3A yang memiliki jumlah tabungan mencapai 28 milyar rupiah. Suatu jumlah yang sangat fantastis.

Terkait dengan penyimpangan pajak, hingga kuartal I-2010 Ditjen Pajak telah menindak sejumlah 278 aparat pajak orang yang diberikan sanksi ketidakdisiplinan (Vibiznews). Sementara itu terkait dengan penyimpangan pajak bea cukai, pada tahun 2001 negara mengalami kerugian sebesar Rp 55 triliun (Indosiar).

Pajak merupakan salah satu instrumen untuk menjadikan suatu negara bisa eksis. Bagaimana tidak, karena melalui pajak pembangunan di suatu negara dapat diselenggarakan dan hampir semua negara di dunia mengandalkan pajak untuk mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara mereka. Intinya adalah, pajak menjadi salah satu sumber pendapatan negara.

Sebagai salah satu sumber pendapatan negara, pajak menjadi salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan. Melalui pajak didapatkan dana untuk menjalankan program-program kemiskinan. Hal ini penting mengingat masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia dan sekaligus upaya untuk mencapai tujuan MDGs.

Beberapa waktu lalu gencar dilakukan pemberitahuan mengenai kewajiban untuk membayar pajak. Hingga kata-kata "apa kata dunia" menjadi sangat populer. Pajak sebagai elemen penting dalam pembangunan nasional memerlukan kesadaran semua warga negara untuk taat dan patuh membayar pajak sesuai kewajiban.

Namun demikian, melihat persoalan saat ini yang menyeruak, kewajiban warga negara untuk membayar pajak harus diimbangi pula dengan bersihnya aparat pajak dalam mengemban tugasnya, sehingga uang yang sudah terkumpul dapat tersalurkan dengan baik. Menilik kasus penyimpangan pajak, bayangkanlah apabila uang tersebut digunakan dalam pos-pos penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan data sebelumnya, yakni terdapat kerugian negara sebesar 55 triliun rupiah. Apabila jumlah ini menjadi dana stimulan masyarakat miskin untuk berusaha atau mengembangkan usaha. Tentu saja dapat mengurangi jumlah penduduk miskin di Indonesia. Ini artinya, penyimpangan yang terjadi tidak saja merugikan negara, tetapi juga mengambil hak-hak orang lain. Apabila hal semacam ini terus-menerus berlanjut, tentu saja akan menghambat upaya penanggulangan kemiskinan.



Thursday, April 01, 2010

Anak Belajar Dari Lingkungannya

2


Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan berita tentang SW, anak berumur 4 tahun yang merokok dan berbicara cabul. Hal ini lantas menjadi keprihatinan banyak pihak. Dalam realitasnya, boleh jadi ada SW-SW yang lain. Fenomena ini sebagaimana fenomena gunung es, ada kasus yang terungkap namun masih ada kasus-kasus yang lain.

Saya menjadi teringat kutipan dari Doroty Low tentang bagaimana anak belajar. Anak belajar dari lingkungannya. Ini artinya, lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak, karena seorang anak tidak akan serta merta memiliki sifat atau kepribadian tertentu.




Sebagaimana dengan hal yang saya temui di sebuah daerah di ujung kota Jakarta. Di sebuah permukiman padat penduduk nan kumuh, fenomena anak yang acapkali berbicara cabul atau memaki adalah suatu hal yang biasa saya temui. Apabila ditarik lebih lanjut ke lingkungan tempat anak tersebut berada, orang dewasa di sana memang terbiasa memaki dan bahkan memukul anaknya. Judi, minuman keras dan perkelahian adalah hal yang lumrah ditemui anak-anak.

Lingkungan tersebut telah ikut andil dalam memberi pengaruh terhadap sifat dan perilaku anak. Lingkungan semacam inilah yang dinamakan lingkungan tidak ramah anak. Sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak yang telah dirativikasi oleh pemerintah, anak memiliki 4 hak dasar, yaitu hak hidup, perlindungan, tumbuh kembang dan partisipasi. Ini artinya, adalah tugas dan kewajiban orang dewasa untuk memastikan hal tersebut terpenuhi. Termasuk pula memastikan lingkungan yang kondusif terhadap tumbuh kembang anak.

Adalah tugas kita semua sebagai orang dewasa untuk mewujudkan lingkungan ramah anak, dimana anak dapat tumbuh kembang dengan baik dan mendapatkan perlindungan. Ketika kita mengharapkan anak menjadi pribadi yang baik dan santun, maka penting bagi kita untuk menjadi pribadi yang santun dan baik. Anak belajar dari contoh, dari apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar.

Kasus SW perlu direfleksikan pada pribadi kita masing-masing, bagaimana kita memperlakukan anak dan perilaku kita sehari-hari.

Tuesday, February 09, 2010

3 Days in Ho Chi Minh

6

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya jadi juga berangkat ke Ho Chi Minh. Saya mendapatkan tiket yang lumayan murah dengan Air Asia (thanx to Air Asia), yang sudah saya pesan dari tahun lalu. Saya mendapatkan tiket Rp 750.000,- pp.

Hari pertama
Jakarta - Ho Chi Minh ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam. 3 Jam kemudian, sampailah saya di Bandara Than So Nhat. Dibandingkan dengan Soekarno Hatta, Bandara Than So Nhat lebih bagus, mungkin karena bangunannya yang lebih baru. Bandara ini terdiri dari bandara domestik dan internasional. Begitu tiba di sana, kami mengurus keimigrasian, Vietnam termasuk negara bebas visa.

Kami kemudian menukarkan uang di money changer bandara. Kurs saat itu 1US$ adalah 18.300 dong. Saya hanya menukar 10 US$ untuk membayar taksi. Menukarkan uang secukupnya saja di bandara, karena money changer di luar memberikan penawaran yang lebih bagus. Iseng saya menanyakan, apabila saya menukarkan rupiah ke dong. Menurut petugasnya, Rp 1.000,- sama dengan 1.000 dong (wah rugi betul kalau saya menukar rupiah ke dong, karena 1 US $ : Rp 9.500,- atau 18.300 dong. ini artinya 1 dong = Rp 1,9).

Dari Bandara ke Ho Chi Minh sebenarnya bisa menggunakan bus nomor 152, namun bus ini hanya beroperasi hingga jam 7 malam. Karena saya sampai pukul 8 malam, saya memutuskan untuk memakai taksi. Dari terminal internasional, saya menuju ke terminal domestik dan mencari taksi. Sesuai dengan informasi yang didapat di internet, ada beberapa pilihan taksi yaitu Vinasun dan Mailinh. Kami akhirnya memakai taksi Vinasun. Taksi di Vietnam ada yang kecil dan besar. Untuk taksi yang kecil (bentuknya seperti taksi di Indonesia), tarif dimulai dari 9.000 dong. Sementara taksi yang besar (avanza) tarif dimulai dari 9.500 dong. Kalau jumlah kalian banyak, lebih baik menggunakan taksi yang besar, karena bisa muat 5 orang. Jangan lupa untuk meminta menggunakan taximeter (argo).

Orang Vietnam jarang yang bisa berbahasa Inggris, even seorang sopir taksi. Demikian halnya sopir taksi yang kami tumpangi, jadi untuk berkomunikasi menggunakan kertas (jangan lupa membawa notes kecil dan pulpen, akan sangat membantu). Kami menuju Bu Vien, di Distrik 1, kawasan backpacker di Ho Chi Minh. Sopir taksinya sempat bingung ketika kami menyebutkan Bu Vien (ternyata karena pengucapannya berbeda, dia baru mengerti setelah kami tulis bu vien di notes).. Setelah beberapa menit, akhirnya kami tahu bahwa dia bernama Hay (nguyen Hay), dia memberi kami untaian melati yang ada di taksinya. nice...

Bu Vien merupakan daerah kawasan backpacker. Di sana kami mencari penginapan, sempat menemukan penginapan "blue river" sebagaimana yang kami baca di internet. Tarif di Blue River US $ 25, menurut informasi di internet, bisa mendapatkan hotel dengan harga 8 - 15 US$, maka kami hunting kembali. Dan akhirnya sampailah kami di hotel My Home, dengan tarif US$ 15. Kamar yang kami sewa cukup bersih dan fasilitasnya cukup lengkap, yaitu air hangat, TV, AC dan wifi tanpa breakfast. Kamar tersebut kami sewa berdua, meski sebenarnya bisa untuk 3 orang. Kamar kami memiliki balkon dan di dekat balkon terpasang bendera Vietnam, bendera gambar palu arit dan gambar bintang.

Usai mendapatkan hotel, kami pergi ke Tour Travel (Tour Travel yang direkomendasikan di internet adalah Sinh Travel). Namun ketika kami menukarkan uang ke money changer, Sinh Travel sudah tutup. O ya di Money Changer kami mendapatkan penukaran 1 US$ = 18.500 dong. Akhirnya kami memilih menggunakan AP travel, dan memesan paket tour Mekong 1 hari (ada beberapa pilihan untuk paket sungai Mekong, yaitu tour 1 hari, 2 hari dan 3 hari). Kami membayar 144.000 dong untuk dua orang, tapi setelah ada tawar menawar kami membayar 140.000 dong saja. Tiket bisa juga dibayar dengan dolar, namun ketika dihitung-hitung, ternyata lebih murah membayar dengan dong (penting juga untuk membawa kalkulator, untuk membandingkan lebih murah membayar dengan dollar atau dong).

Setelah mendapatkan tiket untuk tour, kami mencari makan malam. Bagi para muslim, agak sulit mencari makan karena kebanyakan di sana menunya adalah pork. Untunglah kami masih mempunyai roti yang kami beli di Soekarno Hatta. (Penting untuk membawa roti untuk sekedar mengganjal perut karena agak sulit mencari makanan halal).


Penasaran dengan pho, kami memesan pho tidak jauh dari tempat kami menginap. Pho yang kami pesan adalah pho vegetarian (tanpa daging) plus 1 gelas es teh, yang cukup kami bayar 34.000 dong untuk 2 porsi pho dan es teh. Untuk air minum, kami membeli aquavina ukuran 1 liter 5.000 dong dan ukuran 700 ml, 3.000 dong. Di minimarket 999 yang letaknya dekat dengan crazy bull, kami mendapatkan air mineral merek travel dengan harga 3.000 dong, sementara untuk ukuran 1 liter harganya lebih mahal 1.000 dong. Di sana kami menemukan penjual ketan. Penasaran dengan ketan yang dijual oleh penjual di dekat travel tour, kami membelinya dengan harga 1 porsi 5.000 dong. Ketannya berwarna-warni, kemudian ditaburi dengan irisan keju. Sempat juga tertarik dengan penjual sate, tapi ternyata yang dijual adalah sate pork (ugh......).


Hari Kedua

Sungai Mekong Tour 1 hari dimulai pukul 08.00 WIB. Dari AP tour kami ditransfer ke Vina Tours. Pertanyaan kami terjawab sudah, ternyata untuk tour travel yang kecil-kecil akan mentransfer pelanggannya ke tour travel lain. Kami berangkat pukul 9.15 WIB, sangat terlambat.. Tour guidenya bernama Ngok, namun karena kesulitan menyebut namanya, jadi dia menyebut dirinya number 1. Kami berdua adalah dua-duanya orang Indonesia di tour tersebut.

Dari Ho chi Minh, kami naik bus yang akan mengantar kami ke sungai mekong, 2 jam kemudian, kami tiba di tempat yang seperti dermaga, dan naik perahu boat.


Thursday, January 21, 2010

Suku Talang Mamak Riau

2


Setelah kurang lebih 7 jam naik mobil dari Pekan Baru (sebenarnya bisa lebih cepat lagi namun karena kondisi jalan yang tidak terlalu baik karena hujan jadi perjalanan agak lama), akhirnya sampailah saya di Desa Talang Gedabu, lokasi dimana suku Talang Mamak tinggal. Suku Talang Mamak termasuk golongan Proto Melayu (Melayu Tua), yang merupakan suku asli Indragiri Hulu. Suku ini disebut juga "suku Tuha" atau suku pertama datang.

Suku ini berasal dari Pagaruyung (Sumatera Barat) yang terdesak karena konflik adat dan agama. Suku ini tinggal di beberapa daerah di Indragiri Hulu, dan salah satunya di lokasi yang saya datangi, Talang Gedabu. Menurut mitos, suku ini merupakan keturunan Adam ketiga yang berasal dari kayangan dan turun ke bumi, tepatnya di Sungai Limau dan menetap di Sungai Tunu (Durian Cacar, tempat Pati). Hal ini terlihat dari ungkapan "kandal Tanah Makkah, Merapung di Sungai Limau, menjeram di Sungai Tunu." Itulah manusia pertama di Indragiri nan bernama Patih.



Sebagian besar warga Suku Talang Mamak di Desa Talang Gedabu beragama Islam. Mereka menyebut dirinya Islam Langkah Lama, dimana mereka percaya pada roh-roh leluhurnya. Adat istiadat masih dipegang kuat oleh suku Talang Mamak tersebut, terutama terkait dengan upacara daur hidup (kelahiran, pernikahan dan kematian).

Kedekatan Suku Talang Mamak dengan lingkungan tampak dari adat istiadat mereka. Dimana untuk menebang pohon, mereka akan melakukan upacara adat meminta izin kepada leluhur mereka. Tidak hanya itu saja, mereka dilarang menebang pohon yang menghasilkan (misal pohon buah).

Suku Talang Mamak dalam Pusaran Kapitalisme
Perubahan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat ditolak. Demikian halnya dengan Suku Talang Mamak. Arus informasi dan komunikasi dengan dunia luar telah menyebabkan mereka sedikit-demi sedikit berubah. Hal yang paling mencolok adalah tentang motor. Jauhnya akses, menyebabkan mereka menginginkan adanya alat transportasi sendiri. Hal ini yang melatarbelakangi mereka membeli motor. Alih-alih membeli motor, lahan mereka justru habis dan motor pun tak dapat diraih.


Thursday, November 19, 2009

World Toilet Day

2

19 November merupakan hari toilet sedunia. Mungkin tidak banyak yang tahu, sebagaimana saya yang tahu satu hari menjelang tanggal 19 November. Sebuah organisasi bernama World Toilet Organization memproklamirkan tanggal tersebut sebagai hari toilet sedunia.

Peringatan ini bukan tanpa alasan, bagaimana tidak karena toilet, masalah sanitasi masih menjadi persoalan yang kompleks saat ini.Lebih dari 2,5 milyar orang di seluruh dunia tidak mempunyai akses akan toilet yang layak. Setiap tahun, kurangnya fasilitas toilet telah menyebabkan 200 juta ton kotoran manusia tidak terbuang pada tempat yang sesuai. Ini menyebabkan lingkungan tercemar dan jutaan orang terancam penyakit.

Di Indonesia toilet masih menjadi persoalan. Di beberapa tempat di negeri ini, terutama di daerah-daerah terpencil penduduknya tinggal tanpa fasilitas MCK. Di ibukota sekalipun, masih ada warga yang tidak mempunyai fasilitas MCK di tempat tinggalnya.

Persoalan toilet atau MCK menjadi penting karena ini terkait dengan persoalan kesehatan. Oleh karenanya, yang menjadi persoalan bukan hanya kelangkaan toilet/ MCK tetapi juga adanya toilet/ fasilitas MCK yang bersih dan sehat.




Wednesday, November 04, 2009

Mereka Yang Mati Muda

1

beruntunglah mereka yang mati muda
Seorang filsuf Yunani, sebagaimana dikutip oleh Gie mengatakan "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. 

Bahagialah mereka yang mati muda." Meninggal di usia muda, mungkin bagi beberapa orang berarti semakin sedikit waktu bersama dengan mereka yang kita sayangi atau semakin sedikit waktu kita untuk berbuat sesuatu bagi kehidupan yang lebih baik. Namun meninggal di usia muda membuat kita tidak banyak melakukan perbuatan yang tercela. Beberapa orang besar meninggal di usia muda. 

Wolter Monginsidi (24 tahun) 
Robert Wolter Mongisidi atau Bote memiliki keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu. Hal ini membuatnya meninggalkan kampung halamannya Malalayang menuju Makasar. Dalam usia 18 tahun, Bote telah menjadi guru Bahasa Jepang di Malalayang Liwutung dan Luwuk Banggai Semangat Bote untuk berjuang lepas dari penjajahan, membawanya bergabung dalam LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi), dimana dia terpilih menjadi Sekjen. Robert Wolter Monginsidi memimpin aksi perlawan rakyat melawan penjajah baik di kota maupun di luar kota. 28 Februari 1947, Bote ditangkap tentara Belanda dan disekap. 17 Oktober 1948, Bote bersama Abdullah Hadade, HM Yoseph dan Lewang Daeng Matari melarikan diri melalui cerobong asap. 10 hari kemudian, Bote ditangkap kembali oleh tentara Belanda dan dijatuhi vonis hukuman mati pada tanggal 26 Maret 1949 oleh hakim Meester B Damen. 

Selama dalam penjara Bote menulis beberapa pesan, yaitu: 
  • Jangan takut melihat masa yang akan datang. Saya telah turut membersihkan jalan bagi kalian meskipun belum semua tenagaku kukeluarkan. 
  • Jangan berhenti mengumpulkan pengetahuan agar kepercayaan pada diri sendiri tetap ada dan juga dengan kepercayaan teguh pada Tuhan, janganlah tinggalkan Kasih Tuhan mengatasi segala-galanya. 
  • Bahwa sedari kecil harus tahu berterima kasih tahu berdiri sendiri…….belajarlah melipat kepahitan ! Belajar mulai dari 6 tahun…dan jadilah contoh mulai kecil sedia berkorban untuk orang lain. 
  • Apa yang saya bisa tinggalkan hanyalah rohku saja yaitu roh “setia hingga terakhir pada tanah air ‘ dan tidak mundur sekalipun menemui rintangan apapun menuju cita-cita kebangsaan yang ketat. 
  • Memang betul, bahwa ditembak bagi saya berarti kemenangan batin dan hukuman apapun tidak membelenggu jiwa…… 
  • Perjuanganku terlalu kurang, tapi sekarang Tuhan memanggilku, rohku saja yang akan tetap menyertai pemuda-pemudi…semua air mata, dan darah yang telah dicurahkan akan menjadi salah satu fondasi yang kokoh untuk tanah air kita yang dicintai Indonesia. 
  • Saya telah relakan diriku sebagai korban dengan penuh keikhlasan memenuhi kewajiban buat masyarakat kini dan yang akan datang, saya penuh percaya bahwa berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan kepada Tuhan yang Maha Esa. 
  • Jika jatuh sembilan kali, bangunlah sepuluh kali, jika tidak bisa bangun berusahalah untuk duduk dan berserah kepada Tuhan. 
 Senin tanggal 05 September 1949, adalah hari dimana Robert Wolter Mongisidi dieksekusi. Robert Wolter menghadapi moncong-moncong senjata yang dibidikan kepadanya dan menolak ketika matanya akan ditutup, ia berucap; “ Dengan hati dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku.“ Dengan pekikan’ Merdeka….merdeka..merdeka.. !!! dari Wolter, maka 8 butir peluru dimuntahkan ke tubuhnya, 4 peluru di dada kiri, 1 di dada kanan, 1 di ketiak kiri menembus ketiak kanan, 1 dipelipis kiri dan 1 di pusar, dan seketika ia terkulai. 

R.A. Kartini (25 tahun) 
Siapa yang tidak mengenal RA Kartini? dari sekian nama pahlawan perempuan di Indonesia, RA Kartinilah yang paling terkenal. Tak hanya itu saja, hari kelahirannya, 21 April secara khusus dirayakan sebagai hari Kartini di seluruh penjuru nusantara. RA Kartini terkenal dengan pemikiran-pemikirannya yang bisa dibilang cukup progresif. Tidak hanya itu saja, Kartini menuliskan pemikirannya. 

Irzadi Mirwan (26 tahun) 
kita telah tak jujur lagi untuk mengatakan "ya" dan juga "tidak", semuanya tak berharga lagi dalam hidup penuh kompromi (yang telah kita pilih entah kapan) diam diam kita tikam nurani masing masing, untuk kehidupan hanya tersisa (Bandung, 6 Juni 1978) 

Tidak banyak yang mengenal Irzadi Mirwan. Ia adalah penyair yang tergabung dalam Grup Apresiasi Sastra ITB dan pernah menjabat Sekretaris Jenderal Dewan Mahasiswa ITB 1976-1977. Irzadi sempat dipenjara pada rezim Orde Baru karena menulis Buku Putih yang berisikan platform perjuangan mahasiswa yang menuntut agar Jenderal Soeharto tidak dipilih lagi sebagai Presiden RI lagi dalam SU MPR 1978. kedekatan sajak Irzadi dengan kematian tampak pada sajaknya Kekasihku perempuan cantik dan muda namun jika besok aku mati kutinggalkan padanya sebuah kalimat tanya sungguh benarkah kau cinta padaku sungguh benarkah. 

Chairil Anwar (26 tahun) 
Chairil Anwar, pelopor angkatan 45, siapa yang tidak tahu karyanya. Karyanya seringkali ada di buku Bahasa Indonesia ketika saya sekolah dahulu. Konon Chairil Anwar meninggal karena TBC serta komplikasi penyakit yang sudah lama diidapnya. 

Soe Hok Gie (27 tahun) 
Gie adalah aktivis tahun 60-70an yang sangat idealis. 

sumber:
https://tirto.id/wolter-monginsidi-ia-yang-mati-muda-demi-indonesia-ciZT

Tuesday, November 03, 2009

Saturday, October 31, 2009

Sunday, October 18, 2009

Napak Tilas Hari Pahlawan 2009

0

"Menghancurkan suatu bangsa, hilangkan saja kebanggaan akan sejarahnya"
Milan Kundera.


Dalam rangka memperingati hari pahlawan 10 November, Kamis, 16 Oktober 2009 dilakukan kegiatan napak tilas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menelusuri jejak-jejak pahlawan, dan meningkatkan rasa kebangsaan dan kepahlawanan, sehingga napak tilas tidak semata sebagai wisata sejarah.
Napak tilas 2009 yang dimulai dari TMPN Kalibata dilepas oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Drs. Rusli Wahid, yang diikuti kurang lebih 150 orang peserta yang terdiri dari para pelaku sejarah, keluarga pahlawan, karang taruna, pramuka, pelajar, mahasiswa dan karyawan Departemen Sosial RI.



Rengas Dengklok menjadi tujuan pertama kegiatan napak tilas. Rengas Dengklok merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Karawang, yang mempunyai arti penting dalam peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia. 16 Agustus 1945 silam, para pemuda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dalam kerangka memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, mengingat Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan akibat kekalahannya dalam Perang Dunia II. Ada dua lokasi yang penting di Rengasdengklok. Pertama adalah Monumen Kebulatan Tekad, yang dibangun sebagai penanda kesepakatan atau kebulatan tekad para founding fathers untuk memproklamirkan NKRI. Kedua adalah rumah Djiaw Kie Siong yang sekarang terletak 100 meter dari Monumen Kebulatan Tekad. Rumah ini dipindahkan dari lokasi aslinya, karena dulu terkena luapan lumpur akibat erosi sungai Citarum pada tahun 1957, atas perintah Soekarno.
Perjalanan dilanjutkan ke LP Sukamiskin, Bandung. Pada 22 Desember 1930, Soekarno masuk ke LP Sukamiskin dan ditempatkan di sel 233 dekat tangga besi di sudut lantai dua. Sel tersebut memiliki dua jendela bercat abu-abu tua, dua pintu, lemari gantung, rak buku, serta sebuah meja tulis dan kursi. Sel tersebut berukuran 2,5 x 3 m. Dari keadaan sel tersebut, bisa dibayangkan bagaimana Soekarno menghabiskan waktunya di sana, dan hal tersebut tidak mengubah keinginannya untuk tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dari LP Sukamiskin, perjalanan dilanjutkan ke Sumedang, mengunjungi Makam Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien, salah seorang pahlawan perempuan dari Aceh yang gigih berjuang melawan Belanda, yang akhirnya berhasil ditangkap Belanda pada April 1905 kemudian dipindahkan ke Sumedang. Usaha ini tidak lepas dari ketakutan Belanda bahwa kehadiran Cut Nyak Dien akan mengobarkan semangat perlawanan dan akan terus berhubungan dengan para pejuang yang belum tunduk. Di Sumedang, Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suriatmaja menitipkan Cut Nyak Dien di rumah H. Ilyas, seorang tokoh agama. Selama di sana, Cut Nyak Dien yang dikenal dengan sebutan Ibu Perbu aktif memberikan pelajaran tentang agama kepada masyarakat, beliau juga tidak mau makan makanan yang diberikan oleh Belanda. 6 November 1908, beliau wafat dan dimakamkan di Gunung Puyuh, kompleks pemakaman keluarga leluhur bangsawan Sumedang.
Perjalanan napak tilas berakhir di Museum Peta Bogor, yang berada di Kompleks Puzdiksi TNI AD. Museum ini didirikan pada tahun 1996 oleh Yayasan Perjuangan Tanah Air, yang didalamnya memuat 14 diorama yang menceritakan proses pergerakan kebangsaan. Dimana di kota tersebut, pertama kali diselenggarakan pembentukkan taruna-taruna yang kemudian melahirkan perwira-perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air.
Semangat kepahlawanan dan kecintaan pada tanah air merupakan suatu hal yang harus terus dipupuk, terutama di kalangan generasi muda. Sebagaimana kata-kata Milan Kundera yang dikutip di depan, kebanggaan akan sejarah penting kaitannya dalam kelangsungan sebuah bangsa. Kebanggaan akan sejarah akan meningkatkan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial yang menjadi modal penting dalam melanjutkan perjuangan dalam kerangka memperkokoh persatuan dan kesatuan NKRI.

Wednesday, October 07, 2009

Negeri Rawan Bencana

0

Beberapa tahun belakangan ini, bencana alam tampak akrab dengan negara kita. Belum usai gempa bumi di Tasikmalaya (7,3 Skala Richter), tanggal 30 September lalu ranah Minang digoyang gempa dengan skala yang lebih besar. Ratusan orang pun menjadi korban dari bencana tersebut.

Berdasarkan catatan Walhi, selama tahun 2008 terdapat 359 bencana alam di Indonesia. Jumlah ini meningkat 154 dari tahun sebelumnya (2007). Berikut ini merupakan data bencana alam yang terjadi di Indonesia, dari Wikipedia:

1 Oktober 2009, gempa berkekuatan 7 SR terjadi di Jambi.

30 September 2009, gempa berkekuatan 7,6 SR terjadi di Padang. Lebih dari 500 orang tewas dalam musibah tersebut dan banyak bangunan rusak (ambruk).

2 September 2009, gempa berkekuatan 7,3 SR terjadi di Tasikmalaya. Lebih dari 50 orang tewas akibat gempa tersebut.

26 November 2007, gempa berkekuatan 6,7 terjadi di Raba, Sumbawa.

12 September 2007, gempa berkekuatan 7,9 SR terjadi di lepas pantai Bengkulu.

6 Maret 2007, gempa berkekuatan 6,3 mengguncang Padang, 52 orang tewas dan 250 orang luka-luka.

21 Januari 2007, gempa berkekuatan 7,3 SR terjadi di Sulawesi. Gempa tersebut menewaskan 4 orang dan 4 orang lainnya luka-luka.

17 Juli 2006, gempa berkekuatan 7,7 SR terjadi di Pangandaran dan pantai di sebelah selatan pulau Jawa yang memicu terjadinya tsunami. kurang lebih 600 tewas dalam musibah tersebut.

27 Mei 2006, gempa berkekuatan 6,2 SR mengguncang Jogjakarta, lebih dari 5.000 orang meninggal.

28 maret 2005, gempa berkekuatan 8,7 SR terjadi di Nias dan Simeulue, 900 orang tewas, ribuan rumah dan jembatan rata dengan tanah.

26 Desember 2004, gempa dasyat dengan kekuatan 9 SR mengguncang Sumatera dan memicu terjadinya tsunami di beberapa negara, terutama Indonesia. 131.029 orang tewas, sementara ribuan lainnya hilang. Ini adalah bencana terparah yang terjadi di Indonesia.

26 November 2004, Gempa 6,4 SR mengguncang Nabire, Papua. 30 orang tewas.

12 November 2004, gempa berkekuatan 6 SR mengguncang Alor. Sebanyak 27 orang tewas, ratusan bangunan rata dengan tanah.

Februari 2004, gempa berkekuatan 6,9 SR dan gempa berkekuatan 7,1 SR pada 7 Februari 2004 mengguncang Nabire, 34 tewas.

Jumlah tersebut belum termasuk dengan bencana alam lainnya, misalnya banjir, tanah longsor dan gunung meletus.

Berdasarkan hal tersebut, cukup membuat kita menarik kesimpulan bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana. Penjelasan ilmiah dari hal ini adalah, adanya cincin api (ring of fire) yang melingkupi Indonesia. Keberadaan cincin api tersebut ditandai dengan adanya rangkaian pegunungan yang membentang dari Sumatera hingga kebagian timur, yakni Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Namun demikian, meskipun tinggal di negara yang rentan dengan bencana hal ini rasanya kurang (atau lupa) kita perhatikan, sehingga upaya pencegahan bencana termasuk dengan membangun masyarakat yang sadar bencana pun terkesan terlambat. Syaa jadi ingat, saat saya kecil dahulu, apa yang selalu didengung-dengungkan adalah betapa indahnya Indonesia dengan berbagai kekayaan alamnya. Ini tentu berbeda dengan di Jepang, yang sadar betul bahwa negaranya rentan bencana sehingga berbagai upaya dilakukan untuk mengatasinya. dari membangun infrastruktur yang tahan gempa hingga memasukkan pelajaran tentang bencana dalam kurikulum di Sekolah.