Showing posts with label anak. Show all posts
Showing posts with label anak. Show all posts

Sunday, November 23, 2008

pendampingan anak, memberi yang terbaik bagi anak

4

"tulisan lama"

anak bukanlah orang dewasa mini. Mereka tengah berada dalam fase khayalan yang ingin direalkan dalam kehidupannya. Inilah yang menyebabkan anak-anak acapkali mengimitasi tokoh idolanya, entah itu nyata atau tidak. Anak-anak ini merupakan peniru yang baik, maka jangan heran apabila mereka terbiasa mendengar kata-kata makian, mereka akan terbiasa memaki. Bukan masalah nakal atau tidak, namun ini karena mereka sering mendengarnya.

Pada dasarnya anak memiliki watak baik. Tidak ada anak yang terlahir dengan sifat nakal, jahat, bandel, dan sebagainya. Perubahan watak mereka lebih disebabkan karena pola pengasuhan dan juga lingkungan. Awalnya anak-anak adalah individu yang ekspresif, ingin tahu dan aktif. Namun begitu perkembangan sifat ini bisa juga terpinggirkan akibat perlakuan orang dewasa. Mereka memberi pelabelan kepada anak-anak tertentu sebagai anak nakal, anak bandel dan label buruk lainnya. Pelabelan ini akan terekam dalam otak anak-anak dan mereka akan menganggap dirinya memang nakal, bandel, dan sebagainya. Hukuman juga menyebabkan anak cenderung kurang bebas dalam mengekspresikan dirinya, karena merasa takut berbuat salah dan mendapatkan hukuman. Mengingat dalam pandangan orang dewasa, anak yang baik adalah anak yang penurut, tidak banyak bertanya, tidak banyak bergerak (berlari-lari, bermain-main, dan sebagainya). Hal ini berarti tidak menghargai eksistensi anak, tidak memberi kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi. Kita tidak pernah tahu, sejauh mana kemudian perlakuan kita membekas pada diri anak dan mengubah pandangan serta perilakunya.


Oleh karenanya, dalam berhadapan dengan anak alangkah baiknya jika kita memposisikan diri sebagai anak. Mengingat bagaimana perasaan yang dirasakan pada saat kita kecil, apa yang membuat senang dan apa yang tidak. Ini tentu akan membantu dalam memahami perasaan anak-anak. Semua orang pernah menjadi anak-anak, namun saat menjadi orang dewasa seringkali tidak mengindahkan perasaan tersebut saat berhadapan dengan anak.

Pendampingan anak adalah bagaimana menjalin hubungan dengan anak-anak. memposisikan sebagai teman mereka tanpa mengingkari eksistensinya. Setiap anak adalah unik, sehingga penting untuk menghargai mereka, tanpa ada diskriminasi. Entah itu dengan memberi perhatian kepada anak yang patuh, pintar, cantik, dan sebagainya. Ingatkah anda sat anda kecil dahulu, apakah anda senang saat orang dewasa memberi perlakuan yang berbeda kepada teman anda?

Pendampingan anak saya artikan dengan menjalin hubungan dengan anak. Artinya adalah berada dalam posisi yang sejajar. Terdapat hubungan saling belajar di sini. Tidak merasa superior sebagai orang dewasa. Kita tidak pernah tahu apa yang ada di benak anak, dan mereka bisa jadi lebih dari apa yang dibayangkan oleh orang dewasa.

Setiap anak memiliki potensi sendiri-sendiri, dalam pendampingan anak berusaha untuk memfasilitasi potensi yang mereka miliki.

Sunday, January 13, 2008

Pemberian ASI Ekslusif Adalah Hak Anak

0

Pemberian ASI ekslusif, saat ini marak dikampanyekan. Di televisi pun telah ditayangkan iklan layanan masyarakatnya. Pun demikian, pihak susu formula juga gencar mempromosikan produknya, baik terselubung atau tidak.

Pemberian ASI ekslusif merupkan bentuk penegakan Hak Asasi Manusia sejak dini, dalam hal ini adalah hak asasi anak. Sebagaimana dalam Konvensi Hak Anak (KHA), ada 4 hak dasar anak yaitu hak hidup, perlindungan, tumbuh kembang dan berpartisipasi. Pemberian ASI ekslusif dapat dimasukkan dalam hak tumbuh kembang. Ini disebabkan pemberian ASI memberi manfaat dalam proses tumbuh kembang anak, karena:

ASI merupakan nutrisi dengan kualitas terbaik
ASI memiliki kandungan kimia/ gizi yang ideal, yaitu air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan kalori
ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang baru lahir mendapatkan zat kekebalan tubuh secara alami dari ibunya melalui placenta. Namun kadar zat ini cepat sekali menurun setelah bayi lahir dan badan bayi baru membuat zat kekebalan yang cukup banyak pada usia 6 - 9 bulan. ASI merupakan cairan hidup yang mengandung zat kekebalan. KOlostrum mengandung zat kekbalan 10 - 17 kali lebih banyak dari susu matang.
ASI dapat meningkatkan kecerdasan
ASI dan menyusui secara eksklusif akan menciptakan faktor lingkungan yang optimal untuk meningkatkan kecerdasan bayi. ASI mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi
ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang, sehingga bayi berpotensi untuk berperangai baik
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, masih dapat merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tentram dan terlindungi. Perasaan inilah yang kemudian menjadi dasar perkembangan emosi bayi.

Dari hal tersebut, jelaslah bahwa pemberian ASI eksklusif sesuai dalam prinsip yang terkandung dalam KHA, yaitu yang terbaik bagi anak.

Friday, July 13, 2007

Apa Kabar Anak Indonesia

0


Tanggal 23 Juli merupakan Hari Anak Nasional. Menarik, memang ada hari khusus bagi anak-anak. secara kasat mata hal ini berarti ada perhatian dan penghargaan terhadap anak-anak. berkaitan dengan peraturan, pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa peraturan berkaitan dengan masalah anak, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Rativikasi Konvensi ILO No. 138 dan 182, serta peraturan-peraturan lainnya.

Pun demikian ternyata realita menunjukkan bahwa anak-anak di Indonesia masih berada dalam posisi rentan. Mahalnya biaya pendidikan telah menyebabkan banyak anak-anak terpaksa putus sekolah, ini masih ditambah dengan jauhnya jarak ke sekolah yang menyebabkan tingginya biaya transportasi. Berdasarkan data UI-IPEC pada tahun 2002-2003, terdapat 2,6 juta pekerja rumah tangga di Indonesia, di mana setidaknya 688.132 (34,83 persen) di antaranya adalah anak-anak; 93 persen dari jumlah tersebut adalah anak perempuan di bawah usia delapan belas tahun. Sementara itu menurut Irwanto 30% dari pekerja seks komersial di Indonesia adalah anak-anak. Jumlah ini tentu saja makin bertambah seiring dengan naiknya harga kebutuhan pokok yang makin menyebabkan tingginya angka kemiskinan.

Berkaitan dengan trafiking, di mana kemiskinan dan posisi sub ordinat anak adalah realita di berbagai daerah Indonesia telah menyebabkan anak rentan menjadi korban trafiking. Menurut ILO pada tahun 2003, sekitar 8,4 juta anak di seluruh dunia terjebak dalam perbudakan perdagangan praktek ijon pelacuran pornografi dan pekerjaan terlarang. 1,2 juta diantaranya bahkan telah diperdagangkan. Angka ini belum termasuk 246 juta anak yang menjadi buruh anak. 3 juta dari 8,4 juta anak yang dilaporkan itu adalah anak2 Indonesia.

Potret burum wajah anak-anak di Indonesia makin diperparah dengan minimnya layanan kesehatan dan ketersedian pangan yang bergizi. Jumlah balita gizi buruk di Indonesia, menurut laporan UNICEF 2006 menjadi 2,3 juta jiwa, atau meningkat dari 1,8 juta pada tahun 2004/2005. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan adanya lost generation.

Hal tersebut tentu saja hanya catatan kecil dari potret buram kondisi anak di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut tentu saja sudah menjadi tugas kita sebagai orang dewasa untuk memastikan hak-hak anak terpenuhi. Serta mengupayakan lingkungan yang terbaik bagi anak di mana anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

.. untuk mereka
penerus negeri ini
agar bisa tumbuh dan berkembang
sebagai pemimpin negeri

Monday, November 06, 2006

merindukan cerita berperspektif anak

1

Bila kita mencermati dongeng-dongeng atau cerita saat kita masih kecil, banyak yang tidak pro-anak. Atau banyak dari cerita tersebut yang tidak melihat sisi perasaan anak atau memperhitungkan bagaimana perspektif anak mengenai hal tersebut. Rasanya semua hanya melihat dari perspektif orang dewasa atau menceritakan bagaimana seharusnya anak bersikap.

Misalnya cerita Malin Kundang yang demikian popular. Yang kita ketahui adalah Malin Kundang adalah anak durhaka. Jika kita durhaka, kita bisa dikutuk, dsb… Namun adakah kita mencermati, mengapa Malin bisa seperti itu? Kita semua pasti setuju jika pola pengasuhan anak membawa dampak terhadap perkembangan karakter anak (baca deh pengasuhan anak di blogs ini). Nah mengapa tidak diceritakan bagaimana pengasuhan yang dilakukan oleh orang tuanya? Hal yang sama juga untuk cerita Batu Menangis.

Lalu mengenai cerita Sangkuriang, apakah kita akan berpihak pada Dayang Sumbi? Bukan salah Sangkuriang jika ia ingin menyenangkan hati ibunya dengan menyembelih Tumang. Dan bukan salah Sangkuriang, jika dia tidak mengetahui bahwa Tumang adalah ayahnya. Mungkin hal semacam ini yang sepertinya lepas dari pencermatan kita.

selain itu banyak pula cerita-cerita yang menggambarkan bagaimana keberuntungan selalu berpihak pada anak bungsu. pernahkah kita berpikir bagaimana dengan perasaan anak sulung, yang biasanya malah menjadi tokoh antagonis?

Bagi saya, bukan masalah benar atau salah dalam cerita tersebut. Tetapi juga bagaimana kita memperhatikan pula perspektif anak. Mereka pasti memiliki tanggapan tersendiri mengenai cerita anak yang disampaikan padanya. Entah itu mereka tidak suka karena ceritanya selalu menceritakan anak bungsu yang selalu mendapatkan segalanya, dan sebagainya. Sebagai orang yang pernah mengalami menajdi anak, pasti kita juga pernah memiliki pikiran semacam itu.

Sunday, November 05, 2006

pengasuhan anak

0


Membicarakan masalah anak merupakan hal yang menarik bagi saya. Bahkan menurut saya, masalah ini tidak lekang dimakan waktu. Bagaimana tidak, karena kita memiliki pengalaman sebagai anak-anak dan kita semua pasti bersinggungan dengan anak-anak, entah itu anak kita, adik, keponakan, anak tetangga atau anak orang…

Saya termasuk orang yang percaya bahwa setiap anak memiliki watak baik. Namun begitu, dalam perkembangannya, watak inipun berfluktuasi seiring dengan pola pengasuhan dan lingkungan si anak. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang terbuka akan perubahan tentu berbeda dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang konservatif. Berkaitan dengan masalah pengasuhan anak, sebuah pepatah mengatakan:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar menghina
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia akan belajar menghargai
…. (waduh saya lupa lanjutannya, besok kalo sudah inget saya lanjutkan lagi)

Tulisan ini bukan untuk menyalahkan keluarga atas terbentuknya perilaku anak yang buruk. Namun begitu, tulisan ini hendak mengajak kita sama-sama melihat bagaimana pola pengasuhan mempengaruhi pola pikir dan pribadi anak di masa depan. Hal yang perlu kita ingat adalah, anak tidak serta merta lahir sebagai anak nakal, anak baik, anak yang patuh, anak bandel, dsb.

Hal yang sering dilupakan dalam pengasuhan anak, atau mengawal tumbuh kembang anak atau berkomuniaksi dengan anak, adalah pengalaman orang dewasa sebagai anak. Menurut saya ini penting, karena dalam pengasuhan anak penting kiranya untuk memahami perasaan anak. Sayangnya, begitu menjadi orang dewasa hal ini acap kita lupakan karena kita cenderung berpikiran mengetahui apa yang terbaik bagi anak. Lagipula dalam hubungan anak-orang dewasa, anak berada dalam posisi sub-ordinat. Pendapat dan keinginannya seringkali tak diindahkan oleh orang dewasa. Cobalah kita berpikir sejenak. Saat kita kecil dahulu, perlakuan dari orang dewasa apa yang tidak kita sukai, dan apakah saat kita menjadi orang dewasa kita justru melakukan hal tersebut?

Hal lain yang acap dilupakan adalah, penghargaan atas keberadaan anak. Penting bagi kita sebagai orang dewasa untuk menghargai apa yang telah dilakukan anak, dan bukan justru membanding-bandingkannya dengan orang lain. Jika tidak, maka anak akan tumbuh dengan ketidakpercayaan diri serta ragu dalam mengambil keputusan yang menyangkut ats dirinya, karena dia selalu berpikir untuk tidak mengecewakan orang tuanya. Setiap anak adalah pribadi yang unik, dan banggalah atas dirinya. Every children is special.

Demikian halnya dengan pelabelan pada diri anak. Misalnya seorang anak yang dicap anak nakal. Percaya atau tidak, tapi dia akan menganggap dirinya nakal. Atau seringkali orang dewasa emlabeli anak yang atraktif dan banyak bertanya sebagai anak nakal. Padahal memang demikianlah anak-anak, jika ia banyak bergerak atau ingin tahu tentang banyak hal. Tugas kita sebagai orang dewasa adalah membimbing mereka, memastikan mereka tumbuh dengan baik. Jangan lantas mematikan kekritisan dan potensi mereka.

Anak menurut saya adalah pribadi yang sensitive, mereka begitu peka dengan keadaan di sekelilingnya dan juga perlakuan yang mereka dapatkan dari orang-orang di sekeliling mereka. Menurut saya, penting bagi kita untuk tidak menyalahkan atas perbuatan yang mereka lakukan. Namun berkomunikasi sebagai teman mereka, mengapa mereka melakukan hal tersebut. Kita akan tahu, jangan-jangan bukan kesalahan mereka, namun akibat dari tindakan mereka atau niatnya baik hanya saja mereka belum tahu caranya.

Pola pengasuhan berdampak besar terhadap perkembangan pribadi anak. Karena melalui mekanisme ini nilai ditransfer kepada anak. Melalui mekanisme ini, anak akan belajar, karena anak tidak hanya belajar dari apa yang anda sampaikan kepadanya. Dia belajar pula dari bagaimana anda bersikap, berkata dsb..

Anak bagai selembar kertas polos. Coretan atau gambaran apa yang nantinya akan ada dalam kertas polos tersebut, tergantung dari bimbingan, ajaran dan pengasuhan orang dewasa. Dan hal penting yang patut kita ingat adalah, anak bukan milik kita. Mereka adalah milik mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa adalah memastikan mereka tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga nantinya mereka menjadi orang dewasa yang baik.

Bandung, 3 November 2006