Saturday, October 14, 2006

jeratan kemiskinan: tentang BMI

0

Buruh migran memang suatu masalah yang cukup kompleks. Bagaimana tidak, dari masalah pemberangkatan yang seringkali merupakan hal ilegal atau terperangkap dalam kasus trafiking sampai masalah perlakuan yang nanti mereka terima dari majikannya. Namun ternyata masalahnya tidak cukup sampai di situ saja, masih ada masalah lain yaitu menyangkut keluarga yang mereka tinggalkan.
Rata-rata buruh migran adalah perempuan, yah dibanding laki-laki, perempuan lebih laku sebagai buruh migran. mungkin karena kebanyakan lapangan pekerjaan yang tersedia berkaitan dengan kerja rumah tangga (dan bukankah perempuan selama ini selalu dikaitkan dengan kerja rumah tangga, meski kerja itu bukanlah sepenuhnya milik perempuan, atau karen aupah buruh perempuan yang lebih murah daripada buruh laki-laki). Jika kita meninjau lebih lanjut apa yang terjadi dengan keluarga buruuh migran perempuan ini. Saya pernah menemukan kasus, suami yang ditinggal istrinya untuk bekerja di luarnegeri, malah kemudian menikah dengan perempuan lain dan dia selalu menerima uang kiriman dari istrinya. Apakah ini suatu hal yang adil?
Belum lagi dengan masalah anak, anak yang ditinggalkan seringkali kurang kasih sayang dan perhatian, dampaknya dia bisa terpengaruh hal-hal negatif. Belum lagi bila anak tersebut ditinggalkan oleh orang tuanya yang sama-sama menjadi buruh migran. atau dia ditinggal oleh ibunya yang menjadi buruh migran, sementara ayahnya juga bekerja (masih di dalam negeri). Yang kebanyakan terjadi, saat anak ditinggalkan oleh Ibunya ke luar negeri, seharusnya ayah di sini memiliki peran untuk mengasuh anak. namun kenyataannya tidak begitu. anggapan yang tertanam sejak dahulu bahwa perempuan memiliki tanggung jawab untuk mengasuh anak membuat suami tidak memiliki kepedulian terhadap masalah anak. dann mengelak untuk disalahkan saat terjadi sesuatu dengan sang anak. kembali dipertanyakan apakah ini adil?
mencermati masalah anak tersebut, berarti merupakan pengingkaran terhadap hak anak untuk mendapatkan kasih sayang. namun tentu saja kita tidak bisa melarang seseorang untuk mencari pekerjaan sebagai buruh migran.Lalu siapa yang salah di sini?
Jeratan kemiskinan telah mengakibatkan msalah yang kompleks, dan memposisikan orang dalam lingkaran setan kemiskinan. Apakah negara peduli tentang masalah ini? Entahlah, tapi kupikir tidak, karena buktinya pemrintah akan menaikkan angka pengiriman buruh migran hingga 200%. APa akibatnya? tentu saja akan banyak kasus-kasus buruh migran dan juga anak-anak yang ditelantarkan.

Thursday, June 15, 2006

bunga rumput

0


bunga rumput memang tidak seindah bunga mawar, melati, anggrek atau yang lainnya. Tapi tidak bagiku. aku ingat. saat aku kecil aku memakai bunga rumput untuk menghias rumah tanah yang kubuat. aku jadi tahu meski ukurannya relatif kecil, tapi bunga rumput banyak macamnya dan juga cukup indah.

dalam adanya, bunga rumput seringkali takk diperhatikan. Rumput yang acapkali diabaikan, membuat bunga rumput pun tak diindahkan. Berbeda dengan bunga lain yang membutuhkan perawatan agar berbunga indah, tidak halnya dengan bunga rumput.

aku bunga rumput
di padang bunga yang luas
aku bunga rumput
yang mekar di sebelah mawar, melati
hingga luput dari perhatianmu
aku bunga rumput
yang bergoyang bila ditiup angin
aku bunga rumput
yang seringkali tak diindahkan dalam adaku
aku bunga rumput
yang akan selalu ada bersama rumput
meski ratusan kali kau cabuti

Djogja, 13 Juni 2006

Brazil-Croatia

0


Partai Brazil-Crotia yang berlangsung kemarin (14 Juni 2006) dapat dikatakan sebagai pertandingan yang cukup menarik. Kedua tim menampilkan performa yang cukup bagus. Brazil yang diperkuat oleh sederet pemain bintang, sebut saja Ronaldinho (pemain terbaik dunia 2006), Ronaldo, Roberto Carlos, Cafu, Kaka atau Dida banyak diprediksikan bakal mengantongi nilai tiga dalam pertemuannya dengan Croatia. Namun begitu, Croatia yang sebelumnya dililiti masalah akan cidera beberapa pemainnya, mampu mengimbangi permainan Brazil. Pada menit 44, Kaka berhasil menjobol gawang Croatia dan mengubah kedudukan menjadi 1-0.
Di babak kedua, Croatia tampil menyerang dan beberapa kali membahayakan gawang Dida. Namun begitu dewi fortuna belum berpihak kepada mereka. Kedudukan masih tetap 1-0 untuk keunggulan Brazil sampai pertandingan usai.
Pertandingan Croatia ini bisa dibilang pertandingan yang aku tunggu, karena aku bisa melihat kembali aksi Tudor. Setelah Tudor dipinjamkan ke Siena, praktis aku jarang melihat penampilannya. Namun syukurlah, dia masih dipercaya untuk memperkuat tim nas Croatia. Hebatnya lagi setelah sang kapten keluar, Niko Kovac, Tudor dipercaya memakan ban kapten. Meski kalah, namun perjalanan Croatia belum berakhir. Dan kuharap, Croatia mampu bicara banyak seperti atau bahkan lebih dari penampilannya pada world cup 1998.

Tuesday, June 13, 2006

gempa Djokja

0

Sekitar jam 5.55 pagi, aku yang masih bermalas-malasan di tempat tidur, dikejutkan oleh gempa. Waktu itu kupikir gempa itu seperti gempa yang biasa kualami, dalam skala kecil dan tidak berlangsung cukup lama. Tapi ternyata gempanya makin lama makin besar dan tidak berhenti. Nenekku sudah berteriak-teriak di luar. Aku berpikir untuk bersembunyi di kolong tempat tidur, karena saat itu aku teringat pada tulisan di majalah anak-anak yang dulu pernah kubaca. Jika terjadi gempa, dan berada dalam ruangan yang jauh dari pintu keluar, maka carilah tempat yang aman, yaitu di kolong meja atau tempat tidur (tentu saja yang cukup kuat). Aku baru keluar rumah saat gempa telah usai. Saat aku melihat keadaan rumah, ternyata dinding rumah retak-retak, ada pula yang jatuh ke lantai. Genteng-genteng turun, rak bukuku jatuh, cat minyak menggenangi karpet, jaringan telepon terganggu, dan tentu saja listrik mati. Aku kemudian berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi melalui walkmanku, banyak stasiun radio yang tidak mengudara, saat itu yang berhasil kutemukan adalah Eltira, namun mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tapi walkmanku kemudian kutinggalkan karena aku harus membereskan puing-puing yang berjatuhan.

Semula gempa tersebut dipikir karena letusan gunung merapi, tapi ternyata merapi tidak meletus. Namun, dari temanku, aku mendapat informasi bahwa gempa tersebut akibatnya cukup parah, banyak rumah yang ambruk dan ada korban jiwa. Kemudian kami dikejutkan dengan berita gempa susulan, dan beberapi kali terjadi gempa susulan namun kekuatannya lebih rendah dari gempa utama. Masyarakat masih panik, dan belum berani masuk rumah. Belum juga hilang kekhawatiran itu, ada isu tsunami yang menggemparkan. Tentu saja masih teringat tsunami di aceh, melihatnya saja sudah ngeri, apalagi membayangkan bakal mengalaminya. Lalu lintas menjadi padat, karena orang-orang yang panik. Beberapa saat kemudian keadaan dapat terkendali, setelah ada pemberitaan bahwa hal itu adalah bohong adanya.

Listrik masih belum menyala, dan itu membawa serangkaian masalah. Dari batere ponselku yang sudah sekarat, banyaknya sms dan telepon (meski terputus-putus) membuat batere ponselku cukup bekerja keras. Selain itu masalah air, karena listrik mati, air jadi tidak mengalir. Karenanya aku harus mengangkut air dari tempat tetangga yang masih menggunakan sumur timba, juga numpang mandi di kamar mandinya. Tidak dapat menyeterika baju, sehingga memakai baju seadanya.

Gempa tektonik berkekuatan 6 skala richter itu mengakibatkan kerusakan yang cukup parah, banyak rumah yang rata dengan tanah atau tidak layak huni, juga ribuan orang menjadi korban. Rumah nenekku di daerah prambanan bahkan setengah hancur dan tidak layak ditinggali lagi, paman dan keponakanku pun juga menjadi korban.

Semoga semuanya akan segera berakhir dengan baik. segala peristiwa yang terjadi pasti ada hikmahnya. Keep on struggle !!!