Saturday, December 20, 2008

Solidarity Day

0

60 tahun yang lalu, Belanda dengan tiba-tiba menyerang salah satu daerah di Jogjakarta untuk menguasai daerah tersebut. Pada saat itu, para petani, pedagang, pejabat, tua dan muda bersama-sama, bahu membahu mengusir penjajah. Inilah yang kemudian menjadikan tanggal 20 Desember sebagai hari kesetiakawanan sosial.

Kesetiakawanan sosial akhir-akhir ini kemudian banyak didengung-dengungkan. Namun bagaimana dengan implementasinya? Atau jangan-jangan hanya milik Departemen Sosial yang selalu mengusung "tiada hari tanpa kesetiakawanan sosial". Semoga saja departemen yang membidangi urusan sosial di negara ini memang mengimpelemtasikan nilai-nilai kesetiakawanan sosial.

Semangat kesetiakawanan sosial telah lama dikenal di negeri ini. Dalam ajaran Hindu, ini dikenal dengan slogan tat twam asi yang artinya aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Begitu juga dalam agama lain, terdapat ajaran mengenai kesetiakawanan. Dalam nilai-nilai Pancasila pun ditemukan pula nilai-nilai mengenai kesetiakawanan.

Seiring dengan laju perkembangan zaman, dimana nilai-nilai materialisme semakin berakar dalam masyarakat kemudian melunturkan kesetiakawanan yang ada di masyarakat.Zaman revolusi fisik saat ini telah berakhir, namun dalam membangun negara menuju ke arah yang lebih baik diperlukan adanya kesetiakawanan sosial. Misalnya saja di tengah bencana yang akhir-akhir ini melanda di beberapa daerah, naiknya angka kemiskinan dan lain-lain.

kesetiakawanan sosial masih tetap relevan diterapkan. Dan tentu saja ini bukan hanya slogan belaka, melainkan juga diimplementasikan dalam sikap/ perbuatan. Kesetiakawanan tidak hanya dengan merasakan apa yang orang lain rasakan, namun bagaimana kita juga bisa berbuat sesuatu untuk mengatasi hal itu. Tentu saja jangan dibayangkan hal-hal yang besar-besar. Jika membayangkan hal ini tentulah terasa berat, namun hal-hal kecil yang bisa kita lakukan. Hal kecil ini bisa jadi merupakan awal dari hal besar yang akan membawa perubahan di masyarakat.

0 komentar: