Saturday, November 15, 2008

Festival Kampung Toegoe

0


Sabtu, 22 November 2008 saya datang di acara Festival Kampung Toegoe. Acara ini merupakan pagelaran seni-budaya Lingkungan Tugu. Dalam acara tersebut disuguhkan berbaga macam pagelaran, misalnya saja tarian tradisional Portugal yang dibawakan oleh masyarakat Kampung Toegoe (sebelumnya mereka dilatih oleh Maria-dosen dari Portugis yang ditugaskan oleh Pemerintah Portugis mengajarkan bahasa Portugis di Kampung Toegoe), capoera, lagu portugis, keroncong Toegoe yang merupakan kesenian khas daerah ini, serta tarian yang merupakan perpaduan antara budaya betawi dan Portugis. Uniknya, dari pertunjukkan keroncong tersebut terdapat kelompok keroncong junior serta kelompok keroncong cyber (semula hanya berkumpul di dunia maya).


Dalam acara tersebut terdapat pula pameran foto etnografi komunitas Tugu. Melalui foto tersebut, berusaha memotret komunitas Tugu lebih dalam. Misalnya saja foto keroncong Tugu, yang merupakan kesenian khas daerah ini.

Festival Tugu merupakan acara untuk mengenalkan kebudayaan di kampung Tugu serta sebagai upaya melestarikannya. Adanya Festival tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal kebangkitan kembali komunitas Tugu dan warisan budayanya yang unik. Kampung Tugu sendiri termasuk sebagai cagar budaya di wilayah Jakarta, yang menunjukkan betapa majemuknya Jakarta, sekaligus sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini. Meski demikian, seiring dengan proses transformasi di masyarakat, ternyata menyusutkan kebudayaan lama yang didukung oleh kelompok minoritas, sebagaimana komunitas Tugu.


Sekilas tentang Kampung Tugu

Kampung Tugu terletak di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Dahulunya, Kampung Tugu yang terletak di pinggiran Batavia tersebut diperuntukkan bagi para Mardijkers (sebutan untuk para bekas anggota tentara Portugis dan keturunan Portugis) yang telah dibebaskan oleh pemerintah Hindia Belanda. Belanda membebaskan para Mardijkers tersebut dengan syarat harus berpindah agama dari Katolik menjadi Kristen. Selanjutnya Kampung Tugu menjadi kampung Kristen tertua di Indonesia bagian barat.

Berdasarkan prasasti Tugu yang ditemukan pada abad 19, daerah tersebut telah dihuni sejak jaman Kerajaan Tarumanegara. Ada dua versi mengapa kemudian dinamakan Tugu. Pertama, nama Tugu digunakan karena ditemukannya prasasti peninggalan Raja Purnawarman, yang berbentuk seperti Tugu.Versi kedua, disangkut-pautkan dengan asal kata Potugis, yaitu Por-tugu-esse, sebutan untuk orang Portugis yang tinggal di daerah tersebut.

Keroncong Tugu
Selepas bekerja, nenek moyang masyarakat Tugu berkumpul sambil memainkan alat musik yang dibawa dari tempat asalnya, yaitu jitera (sejenis gitar kecil, mirip okulele), biola, suling dan tamborin. Musik tersebut mirip Fado, musik orang Portugis. Namun orang Indonesia mengenalnya keroncong, karena bunyi alat musiknya crong...crong... Dalam perjalanannya keroncong tugu ini dimainkan saat pesta pernikahan, ulang tahun, tahun baru dan upacara kebudayaan Portugis seperti rabu-rabu atau mandi-mandi

Pada masa kolonial, musik keroncong sangat digemari. Pembesar Belanda bahkan acapkali mengundang kelompok Keroncong Tugu di acara pesta. Pada tahun 1678 ketika gereja Tugu dibangun, keroncong dijadikan sebagai musik pengiring acara ritual di gereja. Hingga saat ini gereja tugu menjadi gereja satu-satunya di Indonesia yang menggunakan musik keroncong sebagai musik pengiring.

0 komentar: