Sunday, May 05, 2013

mengingat kartini, mengingat perempuan Talang Mamak

1



.. sekedar catatan di hari Kartini..

Terlepas dari segala kontroversi tentang mengapa hari Kartini, mengapa Kartini, dsb; menurut saya Kartini adalah sosok perempuan yang patut diteladani. entah berjuang dengan pena, senjata, dsb; perempuan berkontribusi dalam sejarah bangsa ini. yang membedakan Kartini adalahdia menulis... 

perjumpaan saya dengan perempuan Talang Mamak dan mengenal mereka lebih dekat dimulai ketika penelitian saya berlangsung.

Kartini memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, namun di Talang Mamak pendidikan adalah hal yang sulit, bagaimana tidak sekolah dasar ada di sana (Durian Cacar) di tahun 1997. Inipun tidak bisa diakses oleh semua masyarakat. Seorang gadis kecil (10 tahun) berkata "ndak ada yang bawa awak ke sekolah, sekolah jauh. Orang tua awak tak bolehkan awak pegi." Pendidikan pun masih dirasa sebagai sesuatu yang tidak terlalu penting bagi sebagian orang. Pun demikian tentu saja berbeda dengan situasi sebelumnya dimana perempuan tidak memiliki akses terhadap pendidikan, terkait dengan jauhnya sekolah dan realitas bahwa mereka tinggal di dalam hutan. Kini situasi berubah, masuknya perusahaan ke lokasi mereka, dibangunnya jalan, serta perkembangan daerah di sekitar mereka telah mengubah daerah mereka menjadi lebih 'terbuka'. 

Sayangnya perubahan di lingkungan mereka tidak serta merta membawa ke kehidupan yang lebih baik. Sebagian besar orang Talang Mamak di Durian Cacar kehilangan tanahnya, entah dijualnya atau diambil oleh PT yang masuk ke wilayah mereka. Perempuan yang semula memiliki hak atas tanah, di beberapa kasus kehilangan haknya. Terkadang suaminya menjual tanahnya tanpa memberitahunya. bisa dibayangkan, tanpa tanah, tentu saja kehidupan masyarakat yang sulit bertambah sulit. Di beberapa kasus, perempuan menjadi lebih bergantung pada suaminya, karena sulitnya pencaharian. Dalam perbincangan saya dengan beberapa perempuan, mereka sangat takut jika suaminya meninggalkan mereka terlebih bagi mereka yang sudah tidak memiliki keluarga dekat. Ini tentunya menunjukkan bawa perempuan bukanlah single category. Latar belakang yang dimiliki memiliki andil terhadap kerentanan dan juga perilaku mereka. 




Related Posts:

  • Ulang Tahun Jakarta: Menjadikan Jakarta Kota Ramah Anak 500 tahun yang lalu, Jakarta adalah sebuah bandar kecil di muara sungai Ciliwung. Kota bandar itu kemudian berkembang menjadi bandar internasional yang ramai. Dalam laporan para penulis Eropa pada abad XVI, kota itu disebut… Read More
  • kita belajar dari kematian Judul buku : Selasa Bersama Morrie: Pelajaran Tentang Makna Hidup Pengarang : Mitch Albom Penerjemah : Alex Kantjono Penerbit : Gramedia Thn Terbit : 2001 Jml Hal : 220 hal  "satu sa… Read More
  • sebuah kisah tentang pencarian diri Judul Buku : Ahaaa! : The Wonder Spot Pengarang : Melissa Bank Penerbit : Gagas Media Tahun Terbit : 2007 Jumlah Halaman : viii + 478 halaman Buku ini menceritakan tentang Sophie – seorang gadis… Read More
  • laki-laki dan biolanyaJudul : Chicken with Plums (Ayam dengan Plum) Jenis : graphic novel Pengarang : Marjane Satrapi Penerbit : Gramedia Jumlah hal: 84 hal Buku ini punya arti banyak buat saya.. Bukunya saya beli… Read More
  • Maria Walanda Maramis, Pejuang Emansipasi Perempuan dari Sulawesi Tidak banyak tulisan yang mengungkapkan tentang Maria Walanda Maramis. Padahal apabila melihat sepak terjang beliau, cukup memberikan kontribusi dalam sejarah emansipasi perempuan di negeri ini. Maria Josephine Chaterin… Read More

1 komentar:

Anonymous said...

wah wah.. ,itu sedang 'berubah' menjadi perempuan talang mamak ya.. ?! ;)