Thursday, January 03, 2013

Pekan Kondom Nasional: Masihkah Kondom Menjadi Kontroversi?

1

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), masih menjadi salah satu tangan global yang dihadapi saat ini. AIDS pun disebut-sebut sebagai penyebab kematian nomor tiga di dunia (UNAIDS, 2001). Berdasarkan data UNAIDS (2012), pada tahun 2011, sekitar 34 juta orang hidup dengan HIV. 2.5 juta diantara baru terinfeksi dan 1.7 juta orang meninggal akibat AIDS. Berikut merupakan data perkiraan jumlah orang dengan HIV di beberapa negara:

Dari data tersebut, Indonesia berada di urutan ke-17 untuk jumlah orang dengan HIV di tahun 2011. Yang mencengangkan adalah adanya peningkatan cukup signifikan pada tahun 2001 dan 2011, dari 12,000 menjadi 380,000 atau meningkat 96.8%. Dalam Global Report 2012 yang dikeluarkan UNAIDS tersebut, Indonesia bersama 8 negara lainnya (Bangladesh, Georgia, Guinea Bissau, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Filipina, Republik Moldova dan Srilangka) termasuk dalam negara dengan tingkat infeksi HIV untuk kategori umur 15-49 tahun, meningkat lebih dari 25%. Lebih khususnya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (2012), kasus HIV dan AIDS dari tanggal 1 April 1987 – 30 September 2012 adalah 92,251 untuk jumlah kasus HIV dan 39,434 untuk kasus AIDS.

Untuk menggalang kepedulian tentang AIDS, tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS Dunia. Di Indonesia sendiri di tahun 2012, untuk keenam kalinya diselenggarakan Pekan Kondom Nasional. Penyelenggaran Pekan Kondom Nasional, meskipun bermaksud untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat penggunaan kondom dalam hubungan seks beresiko; menuai kontroversi. Pekan Kondom Nasional disebut-sebut sebagai kondomisasi dan dianggap ikut melegalkan seks bebas. Permasalahannya adalah, meskipun seks bebas, prostitusi atau penggunaan narkoba suntik dilarang apakah hal itu berarti tidak ada orang yang melakukannya? Kontroversi tentang pemakaian kondom ini pun tidak hanya di Indonesia. Di Negara-negara lain pun kontroversi seputar kondom terjadi, baca di sini untuk mengetahui lebih lanjut.

Terkait dengan kasus resiko penyebab AIDS, berikut merupakan data jumlah kasus AIDS menurut faktor resiko (1987-2012):


Dari data tersebut, jumlah terbesar faktor resiko kasus AIDS adalah hubungan heteroseksual. Ini artinya, penularan HIV/ AIDS lebih banyak pada hubungan seks yang tidak aman di pasangan heteroseksual. Hal ini bisa jadi dikarenakan kurangnya pemahaman tentang bagaimana melakukan hubungan seks yang lebih aman, membuat penularan HIV menjadi meningkat. Seks yang lebih aman ini adalah kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV saat melakukan hubungan seks. Pun demikian seseorang terkena AIDS pun bukan semata karena orang tersebut sering melakukan seks bebas, bisa jadi mendapatkannya dari pasangannya yang melakukan seks bebas atau dari jarum suntik yang tidak steril. Oleh karenanya, kampanye mengenai seks yang lebih aman pun harus ditingkatkan. Selain itu, kultur budaya patriarki yang menepatkan laki-laki dalam posisi lebih tinggi dari perempuan, membuat perempuan tidak bisa bernegosiasi mengenai seks yang lebih aman. 

Meskipun kondom sendiri tidak menjamin 100% menghindarkan dari HIV/AIDS, banyak penelitian ilmiah menunjukkan kondom 80% efektif dalam mencegah penyakit menular seksual, termasuk transmisi seksual HIV. Terkait dengan seks bebas, apakah dengan tidak ada kampanye penggunaan kondom akan membuat seks bebas tidak ada? Kondom hanyalah salah satu upaya pencegahan terhadap penularan penyakit menular seksual. Artinya, kondom  bukanlah solusi untuk permasalahan tingginya tingkat HIV/ AIDS. Perlu ada upaya lain selain kampanye kondom, yang memerlukan kerjasama dari berbagai pihak. Salah satu upaya yang cukup terkenal terkait dengan pencegahan HIV/ AIDS adalah ABCDE, yaitu:
Abstinence atau tidak melakukan hubungan seksual
Be Faithful atau setia pada pasangan
Condom atau gunakan kondom ketika melakukan hubungan seks yang beresiko
no Drugs atau jangan gunakan narkoba khususnya narkoba suntik
Equipment Sterilization alias sterilisasi alat-alat yang beresiko menularkan virus HIV

Selain itu, penting adanya pendidikan seks sejak dini, sehingga bisa mencegah seks bebas di kalangan remaja dan mengurangi angka HIV/ AIDS. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan (bagi yang sudah menikah) juga menjadi salah satu hal yang penting untuk menghindari berganti-ganti pasangan atau seks bebas. Dan tentu saja yang paling utama, adalah niat dalam diri sendiri, untuk bisa mengendalikan diri tidak melakukan seks bebas dan menghindari narkoba suntik (dan tentu saja jenis narkoba yang lain). Tanpa adanya perubahan tingkah laku, tidak akan dapat mencegah AIDS. 

Fakta tingginya jumlah orang dengan HIV/ AIDS, tentu saja bukanlah hal yang harus ditutupi realitasnya atau harus dipandang sebelah mata. HIV/AIDS bukanlah semata-mata persoalan moral, namun juga persoalan kemanusiaan. HIV/ AIDS juga bukan semata-mata persoalan kesehatan tetapi juga permasalahan sosial.

Bila berpikir realistis dengan melihat realitas yang ada di lapangan tentang HIV/ AIDS, haruskah kondom masih menjadi kontroversi? Bila kemudian kondom ini dikaitkan dengan persoalan moralitas terkait dengan seks bebas, ada atau tidak ada kondom, seks bebas akan tetap ada dan yang lebih penting adalah bagaimana merubah situasi menjadi lebih baik tanpa menafikkan realitas yang ada. Kondom memang bukan cara pencegahan AIDS yang paling mujarab, karena yang paling mujarab berpangkal dari diri sendiri. Pun demikian meski ada promosi kondom atau kampanye penggunaan kondom, pemerintah tetap harus mengontrol kualitas kondom yang beredar, bukan hanya sekedar memenuhi target belaka. 

If you judge people, you have no time to love them 
(Mother Teresa)

1 komentar:

Anonymous said...

Pertanyaan anda: apakah dengan tidak adanya pekan kondom seks bebas juga akan berkurang?
Pertanyaan saya: apakah dengan adanya pekan kondom seks bebas bukannya justru akan bertambah? (
Meskipun katanya aman, krn pake kondom)