The informal slogan of the Decade of Women became “Women do two-thirds of the world’s work, receive 10 percent of the world’s income and own 1 percent of the means of production
Richard H. Robbins, Global Problems and the Culture of Capitalism, (Allyn and Bacon, 1999), p. 354
Berbicara hal ini menjadi teringat perbincangan yang tak disengaja dengan guru kursus bahasa saya. Waktu itu membahas tentang makanan, dan muncul pertanyaan mengapa kebanyakan koki adalah laki-laki. Tanpa berpikir panjang, saya menjawab karena pekerjaan itu dibayar... Perempuan memasak untuk keperluan rumah tangganya (red:keluarganya) namun tidak dibayar (unpaid work), dan kebanyakan untuk pekerjaan yang tidak dibayar (dalam hal ini kerja rumah tangga) memang kebanyakan dikerjakan perempuan. Maaf, mungkin gambarnya kurang sesuai. Tapi berhubung koleksi pribadi dan menggambarkan perempuan yang bekerja di sektor informal, saya pikir tidak ada salahnya untuk dipublish.
Menjadi teringat pula sekolah feminis di salah satu desa di Kuningan, yang beberapa kali saya fasilitasi, rasanya pernah juga membahas tentang masalah ini. Dan hari ini, saya mempelajari tentang paid and unpaid labor in the context of gender and development. Okay, let's explore this case...
Apa sih sebenarnya paid work? Jawabannya tentu saja mudah, pekerjaan yang menghasilkan uang dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Apa itu unpaid work? Ada beberapa pekerjaan yang dapat dikategorikan sebagai unpaid work, yaitu domestic work, informal sector, volunteering work, and subsistence work.
0 komentar:
Post a Comment