Industri seks boleh jadi menjadi suatu hal yang menarik untuk disimak, didiskusikan, dibaca dan situliskan. Saya masih ingat, betapa boomingnya Jakarta Undercover, yang menceritakan bisnis seks di Jakarta dan membuat buku tersebut sold out. Tidak salah jika kemudian Seno Gumira Ajidarma mengatakan bahwa tema seputar seks termasuk tema yang cukup diminati masyarakat.
Salah satu bentuk industri seks komersial adalah prostitusi. Sejarah prostitusi ini sendiri telah ada di Indonesia jauh sebelum zaman kolonial. Ini dapat dilihat dari praktek pergundikan yang biasa ditemui di Kerajaan di jawa. Praktek pengambilan gundik ini kemudian menjadi cikal bakal perdagangan perempuan dan anak untuk tujuan seksual.
perempuan pada zaman tersebut acapkali dijadikan upeti kepada para bangsawan, baik sebagai upeti kalah perang atau agar memperoleh jabatan tertentu di istana. Tidak heran jika raja memiliki ratusan gundik.
Di Bali Raja berhak menikmati layanan seks dari janda yang berkasta rendah. BIla raja tak ingin memasukkan janda tersebut dalam rumah tangganya, ia mungkin akan dikirim untuk bekerja sebagi pekerja seks yang gajinya sebagiann dikirimkan kepada raja. (Sulistyaningsih:2002-3; Hull 1999) Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tidak ubahnya seperti barang yang bisa dipertukarkan atau dihadiahkan dan tidak memiliki kebebasan atas dirinya. Akibatnya, perempuan telah mengalami sejarah panjang diskriminasi dan kekerasan, karena dia adalah perempuan.
Industri seks berkembang dan lebih terorganisir pada masa kolonial. Menurut Koentjoro, puncak pertumbuhan prostitusi di Indonesia terjadi ketika pembuatan jalan oleh Daendells, pembuatan rel dna stasiun KA. Di tahun 1917, menurut perkiraan Misset (1995), jumlah pekerja seks di Jakarta mencapai kurang lebih 3-4 ribu orabg. Di masa penjajahan Jepang, prostitusi makin berkembang. Banyak remaja dan anak sekolah ditipu dan dipaksa menjadi pekerja seks untuk melayani tentara Jepang.
Saat ini, berdasarkan laporan ILO tahun 1998, di Indonesia terdapat kurang lebih 140.000-230.000 perempuan yang bekerja sebagai pekerja seks. Bisnis seks ini bahkan menyumbang 2-14% PDB negara-negara Asia, di Indonesia diperkirakan omzetnya mencapai $ 6.1 juta.
Wednesday, December 17, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment