Tuesday, November 25, 2008

untuk kehidupan yang lebih baik

0



……………
Make a better place for
You and for me
(Michael Jacson)


Membuat dunia yang lebih baik untuk semua, demikian kira-kira terjemahan bebas dari petikan lagu Heal the World milik Michael Jacson. Apabila dikaitkan dengan situasi Bumi kita, petikan lagu tersebut rasanya sangatlah tepat. Gejala pemanasan global (global warming) telah sedemikian terasa dan hal ini diperparah dengan kerusakan lingkungan. Tentu saja hal ini akan menjadikan Bumi bukan sebagai tempat yang layak untuk ditinggali.

Terkait dengan persoalan kerusakan lingkungan menarik untuk melihat bagaimana kondisi hutan saat ini, mengingat hutan merupakan paru-paru dunia yang menyediakan oksigen dan menyerap karbondioksida. Hutan juga berfungsi sebagai penyimpan air tanah, sehingga kerusakan hutan akan menyebabkan terjadinya kekeringan di musim kemarau dan bajir serta tanah longsor di musim penghujan. Ini tentu saja akan membawa dampak yang signifikan dalam kehidupan manusia. Ini artinya, dalam upaya membuat dunia yang lebih baik, tidak lepas dari upaya penyelamatan hutan, yang jumlahnya kian lama kian berkurang.


Kondisi Hutan Indonesia
Dari hutan tropis yang masih tersisa saat ini, 10%nya terdapat di Indonesia. Indonesia merupakan Negara ketiga dengan hutan tropis yang luas, setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Pun demikian, saat ini hutan di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan statistik kehutanan tahun 2001 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, luas hutan di Indonesia sekitar 109,96 juta Ha. Sementara itu menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan Juni 1999-Maret 2001, luas hutan diperkirakan 104,9 juta Ha, namun berdasarkan citra satelit Landsat ETM7 tahun 2000 luas lahan yang masih tertutup hutan hanya 93.557.000 Ha.

Berdasarkan data World Resource Institute tahun 1997, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72%. Antara tahun 1985-1997, laju kerusakan hutan di Indonesia tercatat 1,6 juta Ha per tahun. Jumlah ini naik menjadi 3,8 juta Ha per tahun pada tahun 1997-2000. Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat tahun 2000, teerdapat 101,73 juta Ha hutan dan lahan rusak, di mana 59,62 juta Ha berada dalam kawasan hutan. Setiap harinya laju deforestasi di Indonesia sekitar 51 Kilometer persegi atau setara dengan luas 300 lapangan sepakbola. Berdasarkan data FAO, angka deforestasi di Indonesia pada tahun 2000-2005 mencapai 1,8 juta Ha per tahun, sementara menurut Departemen Kehutanan 2,8 juta Ha per tahun.

Berkurangnya hutan menyebabkan sebagian besar kawasan Indonesia rentan terhadap bencana, baik kekeringan, banjir ataupun tanah longsor. Berdasarkan data Bakornas Penanggulangan Bencana pada tahun 2003, sejak tahun 1998 hingga pertengahan tahun 2003, telah terjadi 647 bencana di mana 85%nya merupakan bencana banjir dan tanah longsor yang disebabkan oleh kerusakan hutan. Pada tahun 2002, berdasarkan data dari Environmental Outlook WALHI tahun 2003, tercatat terjadi 14 bencana alam, terutama banjir dan tanah longsor yang lebih banyak disebabkan karena salah kelola lingkungan hidup. Kerusakan hutan juga berdampak pada semakin berkurangnya keanekaragaman hayati. Indonesia merupakan Negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, berdasarkan data Walhi, hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah binatang menyusui (mamalia), 16% spesies reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% spesies ikan dunia.

Penebangan kayu tropis merupakan penyebab utama berkuranya hutan, apalagi jika melihat Indonesia sebagai eksportir kayu tropis terbesar di dunia. 5 milyar USD setiap tahunnya diperoleh dari ekspor kayu, dimana lebih dari 48 juta hektar hutan diperbolehkan untuk ditebang. Ini masih ditambah dengan penebangan ilegal (illegal logging) yang semakin menyebar di berbagai daerah dan marak terjadi. Selain itu banyak areal hutan yang kemudian beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.

Dewasa ini kepedulian terhadap lingkungan tampak cukup mengemukan. Ini terlihat dari berbagai kampanye tentang pelestarian lingkungan di banyak tempat dan di berbagai media, hal ini juga terlihat dari cukup banyaknya hasil yang didapatkan bila mencari topik pelestarian lingkungan di internet. Berbagai akibat dari perusakan lingkungan telah menyebabkan perhatian terhadap persoalan lingkungan menjadi sedemikian serius. Namun, seberapa jauhkah hal tersebut menjadi kesadaran bersama? Jangan-jangan hanya merupakan budaya ‘latah’ mengingat persoalan lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu yang cukup hangat diperbincangkan, apalagi berkaitan dengan masalah pemanasan global. Efek dari pemanasan global telah membuat berbagai pihak menjadi peduli terhadap keadaan bumi.

Berkaitan dengan hal tersebut, kemudian berbagai perilaku ramah lingkungan mulai didengung-dengungkan atau istilah asingnya menjadi go green. Perilaku ramah lingkungan ini tentu saja terkait erat dengan upaya penyelamatan hutan. Sebagaimana yang telah dituliskan di depan, hutan memegang peran vital dalam kehidupan di Bumi ini.

--ada sambungannya

0 komentar: