Thursday, January 03, 2013

Pekan Kondom Nasional: Masihkah Kondom Menjadi Kontroversi?

1

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), masih menjadi salah satu tangan global yang dihadapi saat ini. AIDS pun disebut-sebut sebagai penyebab kematian nomor tiga di dunia (UNAIDS, 2001). Berdasarkan data UNAIDS (2012), pada tahun 2011, sekitar 34 juta orang hidup dengan HIV. 2.5 juta diantara baru terinfeksi dan 1.7 juta orang meninggal akibat AIDS. Berikut merupakan data perkiraan jumlah orang dengan HIV di beberapa negara:

Dari data tersebut, Indonesia berada di urutan ke-17 untuk jumlah orang dengan HIV di tahun 2011. Yang mencengangkan adalah adanya peningkatan cukup signifikan pada tahun 2001 dan 2011, dari 12,000 menjadi 380,000 atau meningkat 96.8%. Dalam Global Report 2012 yang dikeluarkan UNAIDS tersebut, Indonesia bersama 8 negara lainnya (Bangladesh, Georgia, Guinea Bissau, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Filipina, Republik Moldova dan Srilangka) termasuk dalam negara dengan tingkat infeksi HIV untuk kategori umur 15-49 tahun, meningkat lebih dari 25%. Lebih khususnya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (2012), kasus HIV dan AIDS dari tanggal 1 April 1987 – 30 September 2012 adalah 92,251 untuk jumlah kasus HIV dan 39,434 untuk kasus AIDS.

Untuk menggalang kepedulian tentang AIDS, tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS Dunia. Di Indonesia sendiri di tahun 2012, untuk keenam kalinya diselenggarakan Pekan Kondom Nasional. Penyelenggaran Pekan Kondom Nasional, meskipun bermaksud untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat penggunaan kondom dalam hubungan seks beresiko; menuai kontroversi. Pekan Kondom Nasional disebut-sebut sebagai kondomisasi dan dianggap ikut melegalkan seks bebas. Permasalahannya adalah, meskipun seks bebas, prostitusi atau penggunaan narkoba suntik dilarang apakah hal itu berarti tidak ada orang yang melakukannya? Kontroversi tentang pemakaian kondom ini pun tidak hanya di Indonesia. Di Negara-negara lain pun kontroversi seputar kondom terjadi, baca di sini untuk mengetahui lebih lanjut.

Terkait dengan kasus resiko penyebab AIDS, berikut merupakan data jumlah kasus AIDS menurut faktor resiko (1987-2012):


Dari data tersebut, jumlah terbesar faktor resiko kasus AIDS adalah hubungan heteroseksual. Ini artinya, penularan HIV/ AIDS lebih banyak pada hubungan seks yang tidak aman di pasangan heteroseksual. Hal ini bisa jadi dikarenakan kurangnya pemahaman tentang bagaimana melakukan hubungan seks yang lebih aman, membuat penularan HIV menjadi meningkat. Seks yang lebih aman ini adalah kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV saat melakukan hubungan seks. Pun demikian seseorang terkena AIDS pun bukan semata karena orang tersebut sering melakukan seks bebas, bisa jadi mendapatkannya dari pasangannya yang melakukan seks bebas atau dari jarum suntik yang tidak steril. Oleh karenanya, kampanye mengenai seks yang lebih aman pun harus ditingkatkan. Selain itu, kultur budaya patriarki yang menepatkan laki-laki dalam posisi lebih tinggi dari perempuan, membuat perempuan tidak bisa bernegosiasi mengenai seks yang lebih aman. 

Meskipun kondom sendiri tidak menjamin 100% menghindarkan dari HIV/AIDS, banyak penelitian ilmiah menunjukkan kondom 80% efektif dalam mencegah penyakit menular seksual, termasuk transmisi seksual HIV. Terkait dengan seks bebas, apakah dengan tidak ada kampanye penggunaan kondom akan membuat seks bebas tidak ada? Kondom hanyalah salah satu upaya pencegahan terhadap penularan penyakit menular seksual. Artinya, kondom  bukanlah solusi untuk permasalahan tingginya tingkat HIV/ AIDS. Perlu ada upaya lain selain kampanye kondom, yang memerlukan kerjasama dari berbagai pihak. Salah satu upaya yang cukup terkenal terkait dengan pencegahan HIV/ AIDS adalah ABCDE, yaitu:
Abstinence atau tidak melakukan hubungan seksual
Be Faithful atau setia pada pasangan
Condom atau gunakan kondom ketika melakukan hubungan seks yang beresiko
no Drugs atau jangan gunakan narkoba khususnya narkoba suntik
Equipment Sterilization alias sterilisasi alat-alat yang beresiko menularkan virus HIV

Selain itu, penting adanya pendidikan seks sejak dini, sehingga bisa mencegah seks bebas di kalangan remaja dan mengurangi angka HIV/ AIDS. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan (bagi yang sudah menikah) juga menjadi salah satu hal yang penting untuk menghindari berganti-ganti pasangan atau seks bebas. Dan tentu saja yang paling utama, adalah niat dalam diri sendiri, untuk bisa mengendalikan diri tidak melakukan seks bebas dan menghindari narkoba suntik (dan tentu saja jenis narkoba yang lain). Tanpa adanya perubahan tingkah laku, tidak akan dapat mencegah AIDS. 

Fakta tingginya jumlah orang dengan HIV/ AIDS, tentu saja bukanlah hal yang harus ditutupi realitasnya atau harus dipandang sebelah mata. HIV/AIDS bukanlah semata-mata persoalan moral, namun juga persoalan kemanusiaan. HIV/ AIDS juga bukan semata-mata persoalan kesehatan tetapi juga permasalahan sosial.

Bila berpikir realistis dengan melihat realitas yang ada di lapangan tentang HIV/ AIDS, haruskah kondom masih menjadi kontroversi? Bila kemudian kondom ini dikaitkan dengan persoalan moralitas terkait dengan seks bebas, ada atau tidak ada kondom, seks bebas akan tetap ada dan yang lebih penting adalah bagaimana merubah situasi menjadi lebih baik tanpa menafikkan realitas yang ada. Kondom memang bukan cara pencegahan AIDS yang paling mujarab, karena yang paling mujarab berpangkal dari diri sendiri. Pun demikian meski ada promosi kondom atau kampanye penggunaan kondom, pemerintah tetap harus mengontrol kualitas kondom yang beredar, bukan hanya sekedar memenuhi target belaka. 

If you judge people, you have no time to love them 
(Mother Teresa)

Sunday, December 23, 2012

blog and my new blogs

0

I forgot when I started blogging, rasa-rasanya di tahun 2005. Awalnya saya terinspirasi oleh seseorang yang memacu saya untuk menulis, dan itulah juga pertama kalinya saya memakai ID bungarumput. Mungkin waktu itu masih zaman sanchai si rumput liar, tetapi bukan itu yang membuat saya memakai ID bungarumput. 

Sempat vacuum beberapa saat saya di Aceh karena tidak ada koneksi internet, kemudian saya mengaktifkan lagi blog saya bahkan mempercantiknya. Teringat saya waktu itu membeli buku tentang panduan blogging di blogspot. Keinginan untuk memilah-milah isi blog saya membuat saya memiliki sejumlah blog, lihat saja: ada yang tentang puisi, informasi, atau jalan-jalan. bahkan dahulu saya memiliki blog yang berisi catatan hidup saya, namun usianya tidak bertahan lama karena sudah saya delete. 

Managing so many blog is so difficult, it takes time, really.. Alhasil banyak blog saya yang telantar. Pun begitu, blog bungarumput masih cukup bertahan meski akhir-akhir yang lalu kebanyakan saya posting lirik lagu. Bukannya sedang galau, namun lagi ingin saja memposting lirik lagu yang sebenernya agak menyimpang dari tagline blog ini.

kini bungarumput terancam kering, hehehe... toh jika bungarumput kering akan ada mengganti. Oups bukan itu maksudnya deng... bungarumput punya saudara baru lagi... Entah kenapa saya sedang ingin menggunakan ID bukan bungarumput, so cekidod di sini ya:

Saturday, December 22, 2012

memaknai 22 desember, lebih dari sekedar hari ibu

1
























Beberapa hari sebelum tanggal 22 Desember dan hingga tanggal itu, berbagai status tentang hari ibu, yang mengucapkan terima kasih kepada ibu berseliweran di media sosial yang saya miliki, entah facebook atau twitter. Sedikit diantaranya mengurai makna lebih dalam dengan berkata hari perempuan atau hari pergerakan perempuan. Pun saya yang memasang status yang mengulik sedikit sejarah hari ibu di Indonesia dan memilih menulis "selamat hari perempuan" mengundang beberapa komentar, ada yang setuju dan ada juga yang memberikan jempol. Ini tentu saja bukan yang pertama kali, ketika saya memilih untuk alih-alih berucap hari ibu menjadi hari perempuan. 

Delapan puluh empat tahun yang lalu, tiga puluh organisasi perempuan berkumpul di Jogjakarta dalam Kongres Wanita (Perempuan) Indonesia I. 
Kongres yang membahas berbagai persoalan perempuan kala itu, kemudian menghasilkan beberapa keputusan (sumber wartafeminis.wordpress.com): 
  • mengirimkan mosi kepada pemerintah kolonial untuk menambah sekolah bagi anak perempuan
  • pemerintah wajib memberikan surat keterangan pada waktu nikah (undang-undang perkawinan; dan segeranya diadakan peraturan yang memberikan tunjangan kepada janda dan anak-anak pegawai negeri Indonesia
  • memberikan beasiswa bagi siswa perempuan yang memiliki kemampuan belajar tetapi tidak memiliki biaya pendidikan, lembaga itu disebut stuidie fonds
  • mendirikan suatu lembaga dan mendirikan kursus pemberantasan buta huruf, kursus kesehatan serta mengaktifkan usaha pemberantasan perkawinan anak-anak
  • mendirikan suatu bdan yang menjadi wadah pemufakatan dan musyawarah dari berbagai perkumpulan di Indonesia, yaitu Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI)
  • PPPI bertujuan memberikan informasi dan menjadi mediator berbagai perkumpulan perempuan di dalamnya. 

Mengulik sejarahnya, hari ibu yang ditujukan tuk mengenang pergerakan perempuan di Indonesia (hmm, agak rancu juga menulis kalimat ini, soalnya saya belum pernah membaca isi dekrit presiden no. 39/1959 yang menetapkan hari ibu itu), rasa-rasanya mengalami pereduksian makna jika lebih menjadi ucapan terima kasih pada ibu (bukan berarti saya menentang untuk mengucapkan terima kasih dan menghargai jasa-jasa ibu), namun harusnya dimaknai pula lebih luas dibanding hal tersebut. 
Dan, apakabar perempuan Indonesia...? Membaca keputusan Kongres Perempuan I tersebut, membuat saya miris. Bagaimana tidak, persoalan yang dihadapi perempuan kala itu ternyata masih dialami perempuan-perempuan Indonesia saat ini. Sebut saja pernikahan siri, pernikahan kanak-kanak, yang paling hot tentu saja kasus pernikahan salah seorang bupati di suatu daerah di Jawa. Pengalaman tinggal beberapa saat di daerah pedalaman di Sumatra, menunjukkan perempuanlah yang kebanyakan tidak bisa baca tulis (ini tentu saja sangat subjektif, karena saya hanya melihat di satu daerah saja, untuk lebih globalnya saya tidak tahu pasti tentang statistiknya). Dampak dari hal itu, perempuan yang sudah menjadi warga kelas dua, makin tepinggirkan; terkucil dari perkembangan tekhnologi (macam hp). Perempuan yang saya maksud di sini tentu saja tidak semua perempuan, karena kebanyakan perempuan muda telah bisa baca tulis. Jika melihat secara global, mungkin cukup menggembirakan. Lihat saja, banyak perempuan kini yang bekerja, mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, memiliki jabatan tinggi, dsb, dsb, namun jika melihat lebih dalam, mungkin belum banyak berita gembira yang didapatkan..
Karenanya, saya lebih memilih untuk memaknai 22 Desember sebagi hari pergerakan perempuan ketimbang jatuh dalam pereduksian makna hari ibu. 

Saturday, July 14, 2012

Kutunggu Kau Di Sini

0

aku memintal doa
untuk dia yang tercinta
kembalilah dia yang terkasih
lelah sungguh aku menanti berakhirnya 1 dasawarsa
namun kau tak kunjung kembali
tiap purnama kutunggu kau di ujung jembatan ini
tempat terakhir kau kutemu

 

“Bapak mau ke jembatan lagi?” tanya Wati, anak semata wayangku.

“Iya, siapa tahu hari ini ibu pulang. Kontrak ibu kamu kan 10 tahun, sekarang sudah lebih 3 bulan, harusnya ibumu sudah pulang.” Kataku sambil menyisir rambutku yang kian menipis dan mematut-matutkan diriku di kaca sebelum pergi. Aku tak mau kelihatan buruk ketika menyambutmu nanti.

Hari ini tepat 10 tahun 3 bulan kau pergi tinggalkan kami semua demi secercah harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Semua orang menganggap apa yang kulakukan sia-sia, terlebih ketika sudah 4 tahun kau tak ada kabar dan tak lagi mengirimi kami uang, namun tak pernah selintaspun pikiran buruk di otakku. Aku yakin, kau pasti akan kembali, sebagaimana dulu janji yang kau sampaikan. Sebagaimana janji yang dulu aku ucapkan, kan kutunggu kau di sini, di ujung jembatan ini.

“Nunggu Marni lagi Kang?” sapa Kang Ahmad.

“Iya, siapa tahu hari ini dia pulang.”

“Saya nunggu istri saya, kemarin saya ditelpon katanya hari ini dia pulang,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Kami terdiam. Aku membayangkan diriku juga ditelpon bahwa istriku pulang hari ini, namun pak Ramli tidak memberitahu apapun juga. Ya, selama ini jika istriku menelpon selalu ke nomor Pak Ramli, karena kami tak punya pesawat telepon atau handphone.

“Kang, kok nangis.. Sebentar lagi istrinya kan datang,” kataku ketika mendengar kang Ahmad terisak.

“iya kang, jenazah istri saya tepatnya.”

Aku terdiam, Darti istri kang Ahmad pergi jadi TKI, dua tahun sesudah kepergian istriku dan sekarang… Tidak, Marni baik-baik saja di sana. Aku yakin itu, aku selalu mendoakannya tiap malam. Aku selalu meminta Tuhan untuk menjaganya, dan bukankah di sana ada pemerintah yang akan membantu dan menjaganya ketika dia kesulitan?

Akhirnya mobil yang membawa jenazah istri Kang Ahmad datang. Dengan berat hati aku tinggalkan jembatan itu dan mengikuti Kang Ahmad yang melangkah gontai menuju rumahnya. Semoga jika Marni datang hari ini, dia bisa memahami mengapa aku tak ada di ujung jembatan itu, menantinya sebagaimana ucapku padanya 10 tahun yang lalu.

***

Belum empat tahun usiaku kala itu, ketika ibuku pergi ke jazirah Arab untuk mengais rezeki di sana. Kenangan tentang ibuku tak sedikitpun tertinggal di sini. Yang aku tahu, dia pasti orang yang sangat baik dan mencintai Bapak. Jika tidak, mengapa tiap hari Bapak selalu menyempatkan ke jembatan untuk menantinya? Tiap tanggal 1 bulan Agustus, seharian penuh Bapak bakal menunggu ibu di Jembatan Cilet. Dulu Bapak selalu mengajakku, ketika aku belum bersekolah sambil menceritakan bagaimana ibu.

Sia-sia, apa yang Bapak lakukan. Namun tak pernah aku katakana hal itu padanya, semua orang sudah mengatakan hal itu padanya, namun dia tak pernah bergeming pada keyakinannya bahwa ibu pasti kembali. Bapak tak pernah peduli bahwa sudah 4 tahun Ibu tak pernah lagi mengirimkan kabar.

“Terakhir kali ibumu menelpon, dia bilang majikannya baik. Dia sehat di sana dan akan segera pulang.”

Demikian selalu kata bapak, entah itu untuk meyakinkan aku atau dirinya sendiri bahwa ibu baik-baik saja di sana. Aku sudah melepas harapan akan bertemu dengan ibu, sudah terlalu banyak cerita sedih tentang TKI yang aku dengar. Kemarin Mila, temanku bercerita tentang kakaknya yang pulang dan menjadi gila karena trauma akibat perkosaan yang dia alami. Atau Sidik yang menangis karena ibunya pulang dalam keadaan tak bernyawa.

Diam-diam aku hubungi pak Cardi, orang dari desa sebelah yang gencar membela hak-hak TKI. Banyak yang bilang, kita bisa minta bantuannya untuk mencari kerabat kita yang pergi jadi TKI dan tak ada kabar. Namun tentu saja itu tidak berarti usahanya selalu berhasil, namun setidaknya dia berusaha membantu. Pernah satu kali aku ajak Bapak ke sana, namun Bapak malah memarahi dengan alasan aku berpikir yang bukan-bukan tentang keadaan ibu.

“Kalau kita berpikir positif, itu yang akan terjadi,” demikian selalu kata Bapak.

“Kamu lihat Santi, dia tidak ada kabar selama 5 tahun, toh nyatanya dia pulang juga. Sukses lagi.”

***

Angin masih meniupkan mimpiku
pulang, kembali bersama mereka yang terkasih
namun getir dingin membuyarkan lamunanku
besok pagi aku dipancung

 

Sudah sepuluh tahun aku meninggalkan keluargaku. Tentu Wati sudah besar sekarang, terakhir kali aku menelpon mereka, Wati bilang dia rangking satu di kelasnya dan dia ingin jadi bidan. Tentunya tak akan aku biarkan nasib Wati berakhir seperti aku, jadi TKI. Bukan.. bukan karena ini pekerjaan yang buruk. Tidak ada pekerjaan yang buruk. Hanya saja aku takut, takut pengalamanku akan berulang padanya.

“Mas, tolong uang yang aku kirim, kau simpan juga untuk masa depan Wati. Aku ingin dia jadi orang yang sukses. Tak mengapa rumah kita masih buruk seperti dulu ketika aku tinggalkan.”

Demikian selalu kata-kataku pada suamiku. Tak ingin sedikitpun aku membuatnya khawatir dengan menceritakan keadaanku yang sebenarnya. Semuanya berubah empat tahun lalu. Majikanku sering sekali memukuli, sejak usahanya tak lancar. Pekerjaan aku selalu saja dibilang tidak baik dan terakhir aku dituduh akan membunuh mereka. Tuhan… aku memang benci pada mereka, pada perlakuan mereka. Aku benci mereka karena mereka tak membayar gajiku, yang harusnya bisa aku kirimkan ke keluargaku. Tapi sungguh, aku tak akan pernah membunuh mereka, itu dosa.

Segala pembelaanku tak juga diindahkan, hingga akhirnya aku berada di penjara. Dimana-dimana mereka dulu yang menjanjikan akan membantu aku ketika aku kesulitan, mengapa tak nampak batang hidungnya? Aku tidak ingin mati di sini, aku ingin bertemu keluargaku.  

***

Sudah beberapa hari ini Pak Karsa termenung, istrinya tak kunjung datang. Beberapa kabar buruk yang datang tentang tetangganya yang juga menjadi TKI, membuatnya semakin resah dengan keadaan istrinya.

“Wati, Bapak mau ke tempat pak Cardi.”

“Kenapa pak? Ada berita tentang Ibu?”

“Bapak mau minta bantuannya, agar tahu dimana ibumu.”

Tidak beberapa saat kemudian, pintu rumah kami diketuk. Buru-buru aku membukanya.

“Pak Cardi…” kataku

“Wah baru saja saya mau ke rumah sampeyan, kang.”

Pak Cardi terdiam dan memandang Wati dengan getir, membuat Wati semakin merasa gelisah.

“Ada berita tentang Ibu kan Pak?” Wati terisak.

Pak Karsa terdiam, mematung dan memandang Pak Cardi.

“Kang, sabar ya.. saya baru dapat beritanya tadi. Istri sampeyan bakal dihukum mati besok. Majikannya menuduh istri sampeyan akan membunuh mereka.”

“Itu tidak mungkin Kang, istri saya tidak seperti itu. Itu bohong… ini tentu gara-gara saya yang berpikiran buruk tentang istri saya. Ini gara-gara saya. Kejadian kan…”

Wati memandang Bapaknya dan mengajaknya duduk di kursi serta berusaha menenangkannya.

 

Empat tahun tanpa kabar

Berbagai berita sedih terlalu sering kudengar

Guruku berkata para TKI adalah pahlawan devisa

Bagaimana bisa seorang pahlawan dibiarkan mati di sana

Dibiarkan diperkosa atau dianiaya

Empat tahun tanpa kabar

Sejak saat itu telah kurelakan dirimu


against all odds - mariah carey

0


How can I just let you walk away
Just let you leave without a trace
When I stand here taking
Every breath with you oohhhh
You're the only one
Who really knew me at all

How can you just walk away from me
When all I can do is watch you leave
'Cause we've shared the laughter and the pain
And even shared the tears
You're the only one
Who really knew me at all

So take a look at me now
'Cause there's just an empty space
There's nothing left here to remind me
Just the memory of your face
So take a look at me now
'Cause there's just an empty space
And you coming back to me, is against the odds
And that's what I've got to faceeeee

I wish I could just make you turn around
Turn around and see me cry
There's so much I need to say to you
So many reasons why
You're the only one
Who really knew me at all

So take a look at me now
'Cause there's just an empty space
There's nothing left here to remind me
Just the memory of your face
So Take a look at me now
Cause there's just an empty space
But to wait for you is
All I can do
And that's what I've got to face.
Take a good look at me now
'Cause l'll still be standing (standing here)
And you coming back to me is against all odds
That's the chance I've got to take
(chance I got to take, got to takeeee)

Yeahhhhh
Take A look at me now
(Take A Look at me nowwwww)

love takes time -- mariah carey

1

 

I had it all
But I let it slip away
Couldn't see I treated you wrong
Now I wander around
Feeling down and cold
Trying to believe that you're gone

[Chorus:]
Love takes time
To heal when you're hurting so much
Couldn't see that I was blind
To let you go
I can't escape the pain
Inside
'Cause love takes time
I don't wanna be here
I don't wanna be here alone

Losing my mind
From this hollow in my heart
Suddenly I'm so incomplete
Lord I'm needing you now
Tell me how to stop the rain
Tears are falling down endlessly

[Chorus]

You might say that it's over
You might say that you don't care
You might say you don't miss me
You don't need me
But I know that you do
And I feel that you do
Inside

[Chorus]

cinta

3

Cinta itu luka, demikian kataku
Pengalaman masa lalu membuatku ragu akan cinta, membuatku memiliki pandangan lain tentang cinta
perasaan takut dikhianati, perasaan takut ditinggalkan
hingga kemudian aku ternyata jatuh cinta padanya
dia yang meyakinkan aku untuk cerita yang berbeda
sayangnya pengalaman masa lalu masih berbayang, menghantuiku

aku tak sedang berjanji
tapi aku berusaha untuk kesempatan
menjadikannya cerita yang berbeda

I'll love you forever, I'll like you for always, As long as I'm living my baby you'll be

Thursday, July 12, 2012

sylvia

0


Dying is an art, like everything else. I do it exceptionally well. I do it so it feels like hell. I do it so it feels real. I guess you could say I've a call.
Sylvia Platt

Beberapa waktu lalu saya menonton film berjudul "Sylvia", film ini merupakan autobiografi dari Sylvia Platt. Sylvia adalah penyair perempuan, seorang Amerika. Dia akhirnya menikah dengan seorang penyair juga, Ted Hudges. Hubungan mereka diliputi dengan cinta, mereka memiliki dua orang anak, tapi ini bukan akhir dari hubungan mereka. Masa lalu Sylvia, yang membuatnya mentally unstable membuat hubungan mereka menjadi sulit dan hal ini diperburuk dengan affair yang dilakukan Ted. Akhirnya mereka berpisah, ketika Sylvia mengetahui hubungan Ted dengan Assia, seorang penyair. Perpisahannya dengan Ted membuat Sylvia merasa tertekan, meski kemudian dia bisa menuliskan puisi-puisi yang briliant tentang kesedihan dan "blackness." Sejatinya, cinta Sylvia pada Ted tidak berubah dan perpisahan mereka membuatnya menjadi lemah. Sylvia akhirnya memutuskan untuk meminta Ted kembali padanya. Meski keduanya masih saling mencintai, namun Ted tidak bisa kembali menjalin hubungan dengan Sylvia karena Assia sedang hamil. Hal ini benar-benar membuat Sylvia terpukul dan ia memutuskan untuk bunuh diri.

--

film ini sangat berkesan bagi saya dan saya melihat diri saya pada Sylvia. Saya pernah berkata pada seseorang, ketika dia mengatakan hal yang sama pada saya, "Saya akan memastikan, dia tidak akan memiliki cerita yang sama dengan Sylvia." Saya berjanji itu padanya, but none promise me that I wouldn't have different story since i think i'll do the same as her one day... I'll make my theatrical

Tuesday, June 05, 2012

Sosial Media, the End of Gender?

0

Ada sebuah video menarik di TED berjudul Social Media, the End of Gender. Ini mengingatkan saya dengan discourse tentang internet sebagai genderless space, dimana gender doesn't matter. Benarkah? Saya rasa tidak, hingga saat ini saya masih percaya bahwa everything is gendered, even cyber-spaces. 

Video tersebut menekankan tentang internet dan marketing, dimana sebelumnya konsumen dibedakan sesuai dengan demografinya. Misalnya berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dsb. Artinya jika anda berada dalam suatu kelompok demografi tertentu, anda memiliki kecenderungan tertentu. Pun demikian, saat ini sulit sekali untuk melakukan pengelompokkan tersebut, sehingga demografi bukanlah hal utama terlebih internet memungkinkan hal tersebut. Akibatnya, apa yang disukai seseorang itu yang lebih penting. Yang membuat saya tidak nyaman di sini adalah, kita ditrack online, berdasarkan apa yang kita lakukan di dunia maya. Hanya karena saya berkunjung ke sebuah dating situs, ketika saya berpikir untuk melakukan online field work untuk tugas kuliah, saya menjumpai iklan dating situs di blog saya. Atau karena saya sering mencari hostel atau penerbangan murah, terkadang ada iklan hostel dan penerbangan juga. 

Pun demikian, demografi ternyata masih penting juga. Pernah saya membuktikan dengan mengganti jenis kelamin saya menjadi laki-laki di Facebook dan mengatakan interested in men. Awalnya saya tidak melihat adanya perbedaan ketika saya memilih jenis kelamin perempuan dan interested in none. Namun kemudian, saya mendapatkan iklan tentang gay cities dan beberapa iklan produk yang ditujukan untuk laki-laki (e.g. pencukur kumis, dsb). Hal tersebut belum pernah saya dapatkan sebelum saya mengganti info pribadi saya di Facebook. 

menjadi feminis

0


Ada banyak reaksi ketika seseorang mengatakan dirinya feminis, demikian halnya dengan saya yang mengatakan tengah berproses menjadi feminis. Satu pihak mendukung, ada yang netral dan ada yang mengkritik baik langsung ataupun tak langsung. Saya tak pernah ambil pusing, karena bagi saya ini adalah hak saya, toh saya tak merugikan orang lain. Pun demikian saya menjadi ingin menuliskannya.

Bagi beberapa orang feminis dicap sebagai pembenci laki-laki, lesbian, pendukung aborsi, menginginkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, menentang kodrat,..... Mungkin ada punya pendapat tersendiri tentang hal tersebut? Bagi saya, menjadi feminis adalah menentang perlakuan diskriminatif, eksploitatif dan marginalisasi (tidak hanya atas nama gender). Saya sependapat dengan apa yang dikemukan bell hooks,
feminism is a movement to end sexism, sexist exploitation and oppression


bersambung, mo ngerjain tugas dulu